Apa itu Biomassa Etanol?

Biomassa etanol merupakan bahan organik yang cocok untuk produksi etanol. Jagung adalah contoh yang terkenal dan banyak digunakan, tetapi sumber lain dapat mencakup ganggang, switchgrass, dan tanaman selulosa lainnya. Sumber biomassa menjadi perhatian bagi beberapa produsen etanol, karena mereka membutuhkan akses ke bahan yang padat energi dan dapat diubah menjadi etanol secara efisien. Di beberapa kalangan, sumber biomassa menjadi bahan perdebatan yang kontroversial.

Istilah “biomassa” lebih umum mengacu pada bahan organik, bahan limbah klasik yang tidak dapat dimakan atau digunakan dalam proses industri. Istilah ini juga digunakan dalam ekologi untuk berbicara tentang total bahan tanaman di area tertentu, dengan biomassa menjadi perhatian serta keanekaragaman hayati. Biomassa etanol sebenarnya dapat digunakan dalam proses industri, dan beberapa sumber biomassa sebenarnya juga merupakan sumber makanan.

Untuk membuat etanol, biomassa harus diubah sehingga energinya tersedia dalam bentuk bahan bakar yang dapat digunakan masyarakat. Produksi etanol bergantung pada penggunaan biomassa etanol yang membutuhkan lebih sedikit energi untuk tumbuh dan berubah daripada yang dihasilkannya. Jika tidak, prosesnya akan menjadi tidak efisien, membuat etanol menjadi pilihan bahan bakar alternatif yang buruk. Tanaman seperti switchgrass adalah kandidat yang baik karena mereka membutuhkan energi yang jauh lebih sedikit untuk tumbuh, dan teknologi pemurnian biomassa etanol untuk mengubahnya menjadi etanol terus meningkat, meningkatkan efisiensi ekstraksi etanol.

Beberapa orang telah menyarankan bahwa dengan memperlakukan tanaman pangan yang dapat dimakan seperti jagung sebagai biomassa etanol, industri etanol berpotensi membahayakan stabilitas pasokan makanan, karena petani mungkin lebih cenderung menanam tanaman pangan untuk digunakan dalam produksi etanol. Tanaman non-pangan yang digunakan sebagai biomassa etanol juga secara teoritis dapat menggantikan tanaman pangan, mengurangi ketersediaan pangan di pasar. Namun, para pendukung etanol percaya bahwa ketidakseimbangan seperti itu dapat dihindari dengan pengelolaan lahan yang bijaksana, dan bahwa produksi biomassa etanol tidak perlu mengganggu produksi pangan.

Masalah sekunder dengan energi etanol adalah bahwa banyak pemerintah mensubsidi produksi biomassa etanol. Kritik menyarankan bahwa subsidi telah menopang pasar buatan, dan menghapus subsidi akan memungkinkan orang untuk melihat apakah benar-benar ada pasar untuk etanol atau tidak. Para pendukung menunjukkan bahwa subsidi serupa diterapkan untuk banyak tanaman dan industri, dan kadang-kadang subsidi diperlukan untuk mendukung industri yang baru lahir sampai dapat mencapai kemandirian. Berdasarkan teori ini, kebutuhan akan subsidi secara bertahap akan menurun seiring dengan meningkatnya produksi etanol dan permintaan akan etanol.