Dispraksia adalah suatu kondisi, umumnya hadir pada anak usia dini, yang mempengaruhi keterampilan motorik. Kadang-kadang, ini dapat disebabkan oleh cedera otak traumatis, tetapi dalam kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui. Ini mempengaruhi banyak aspek perkembangan dan pembelajaran, dan pada bayi, keraguan untuk merangkak, kesulitan belajar menggunakan cangkir dan peralatan, dan keterlambatan berjalan dapat menandakan gejala awal. Karena setiap anak adalah unik, bagaimanapun, keterlambatan perkembangan mungkin tidak diperhatikan.
Statistik spesifik tentang berapa banyak orang yang terkena dyspraxia sulit ditemukan karena kondisi ini sering tidak terdiagnosis. Perkiraan berkisar dari 2% hingga 10% dari populasi. Laki-laki membuat sekitar 70-80% dari kasus yang didiagnosis.
Seiring bertambahnya usia anak, aspek lain dari kondisi ini dapat berkembang. Anak-anak mungkin hipersensitif terhadap pakaian, atau menyikat gigi atau rambut. Menulis itu sangat sulit. Hubungan teman sebaya sering terhambat karena perilaku obsesif atau paranoid. Anak-anak lain sering memilih anak-anak dyspraxic di lingkungan sekolah, yang dapat menyebabkan kesepian seumur hidup.
Selain itu, mempertahankan fokus di kelas merupakan tantangan bagi penderita dyspraxia. Yang paling menonjol adalah kecenderungan ke arah kecanggungan, dan kondisi itu pernah disebut sindrom “anak kikuk”. Untungnya, istilah ini sebagian besar telah dihilangkan, karena hanya berkontribusi pada stigma sosial yang mungkin dihadapi anak-anak ini.
Karena keterampilan motorik halus dan kasar mereka terpengaruh, anak-anak penderita dyspraxic mengalami kesulitan dalam olahraga kompetitif, belajar mengendarai sepeda, dan menavigasi melalui forum publik yang sibuk seperti mal atau halaman sekolah. Belajar mengikat sepatu atau berpakaian dengan mudah juga bisa terpengaruh. Keterampilan-keterampilan ini, yang tampaknya sangat sulit dicapai oleh anak dengan kondisi ini, menyebabkan rasa frustrasi yang meningkat pada anak tersebut. Anak-anak yang tidak terdiagnosis dapat bertindak dan menunjukkan ketidakdewasaan dalam pengaturan sosial.
Anak-anak dengan kondisi ini sering dituduh tidak berusaha, padahal sebenarnya mereka sering berusaha keras. Mereka biasanya cukup cerdas, dan sepenuhnya mampu memahami bahwa terlepas dari upaya terbaik mereka, pekerjaan mereka tidak sebanding dengan pekerjaan anak-anak lain. Keterampilan organisasi yang buruk, kesulitan mengeja, dan penulisan yang melelahkan meningkatkan frustrasi anak dan dapat menyebabkan depresi yang signifikan. Dispraksia juga terkait dengan ADHD, yang dapat meningkatkan masalah di rumah dan di sekolah.
Dispraksia pada orang dewasa dapat menciptakan tantangan dengan aktivitas dan harapan sehari-hari. Mengemudi sering kali sulit, dan membersihkan serta memasak bisa menuntut, seperti halnya mengingat janji. Orang dewasa dyspraxic juga dapat mengalami kesulitan mengendalikan nada dan artikulasi suara mereka dan mudah disalahpahami oleh orang lain. Mempertahankan pekerjaan bisa menjadi salah satu rintangan yang paling berat dan dapat menyebabkan frustrasi dan depresi yang hebat.
Diagnosis dini dyspraxia adalah kunci untuk membantu anak-anak dan orang dewasa mengelola kondisi ini. Ahli saraf mendiagnosis kondisi ini dengan mempelajari perkembangan dan riwayat fisik anak, dan dengan melakukan tes pembelajaran. Karena masalahnya tidak menandakan kurangnya kecerdasan, mereka yang mengembangkan keterampilan koping bisa sangat sukses di kemudian hari. Intervensi awal termasuk terapi okupasi untuk mengatasi koordinasi motorik, terapi wicara, dan mungkin terapi bermain untuk anak-anak, atau terapi tradisional untuk orang dewasa. Mengasuh anak dyspraxic membutuhkan banyak kesabaran dan pengertian.
Orang dewasa dyspraxic yang memahami dan mampu berkomunikasi dengan majikan dan teman-teman tentang kondisi mereka sering menjalani kehidupan normal dan memiliki pekerjaan dan hubungan yang produktif dan memuaskan. Namun, jika tidak terdiagnosis hingga dewasa, beban stigma sosial yang panjang dan rasa gagal mungkin memerlukan terapi sebelum kesuksesan tercapai. Banyak kelompok pendukung yang ada untuk orang dewasa dan anak-anak untuk membantu dalam mengatasi.