Bunuh diri jauh lebih umum di antara pria daripada di antara wanita. Terlepas dari kenyataan bahwa upaya bunuh diri jauh lebih umum di antara wanita daripada di antara pria, bunuh diri yang “berhasil” kira-kira empat kali lebih umum di antara pria di Amerika Serikat. Bunuh diri pria lebih umum daripada bunuh diri wanita di hampir semua wilayah lain di dunia juga. Ada berbagai kemungkinan faktor yang dapat berkontribusi pada perbedaan antara tingkat bunuh diri perempuan dan laki-laki, termasuk metode bunuh diri yang dipilih dan harapan masyarakat. Bunuh diri laki-laki sangat umum di kalangan orang dewasa muda dan sangat tua; bunuh diri yang berhasil jauh lebih umum di antara pria lanjut usia.
Tingkat bunuh diri pria di hampir semua wilayah di dunia secara substansial lebih tinggi daripada tingkat bunuh diri wanita. Di Denmark, misalnya, bunuh diri laki-laki dua kali lebih umum daripada bunuh diri perempuan, sementara di Belarus tingkat bunuh diri laki-laki hampir lima kali lipat bunuh diri perempuan. Pengecualian penting adalah India dan Cina, di mana bunuh diri perempuan sedikit lebih umum daripada bunuh diri laki-laki. Persamaan dan perbedaan dalam tingkat bunuh diri ini menunjukkan bahwa sementara budaya dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan atau mencegah bunuh diri, prevalensi bunuh diri laki-laki tidak selalu merupakan fenomena budaya yang terbatas hanya pada beberapa wilayah di dunia.
Meskipun sulit untuk mengatakan dengan tepat faktor apa yang menyebabkan prevalensi bunuh diri laki-laki, beberapa kemungkinan yang masuk akal telah dikemukakan. Pria, misalnya, jauh lebih mungkin daripada wanita untuk melakukan bunuh diri dengan senjata api, sementara wanita lebih mungkin untuk meracuni diri mereka sendiri, seperti melalui overdosis. Bunuh diri dengan senjata api sering terjadi secara langsung, tidak memberikan waktu untuk berpikir dua kali atau menyelamatkan, sementara overdosis, dalam banyak kasus, dapat diobati. Selain itu, laki-laki lebih kecil kemungkinannya dibandingkan perempuan untuk mencari bantuan untuk masalah emosional seperti depresi, sehingga mereka yang menderita masalah tersebut mungkin tidak memiliki mekanisme koping yang mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan fungsional.
Sementara bunuh diri wanita paling sering terjadi pada wanita paruh baya, bunuh diri pria paling sering terjadi pada pria berusia di atas 75 tahun. Pria pada usia ini jauh lebih mungkin untuk berhasil bunuh diri daripada rekan-rekan yang lebih muda yang mencoba bunuh diri. Berbagai tekanan emosional yang berbeda kemungkinan berkontribusi pada prevalensi bunuh diri laki-laki dalam kelompok usia ini. Banyak yang kehilangan teman dekat dan pasangan, yang menyebabkan perasaan kesepian dan depresi yang intens. Mereka mungkin juga menderita masalah kesehatan yang menyakitkan dan melemahkan yang sangat membatasi kemampuan mereka untuk berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari.