Petit fours mengacu pada kue-kue berukuran gigitan yang sering disajikan di akhir makan besar atau dengan teh sore. Awalnya istilah Prancis, namanya secara harfiah diterjemahkan sebagai “oven kecil,” dan itu berasal dari metode pembuatannya. Secara historis, kue di Prancis dipanggang dalam oven berbahan bakar batu bara, yang membakar lebih panas daripada oven berbahan kayu, dalam suhu yang lebih sulit dikendalikan. Setelah memanggang kue besar dalam oven, panas yang tersisa selama oven mendingin cukup untuk memanggang kue yang lebih kecil. Ini kemudian dikenal di zaman modern sebagai petit fours.
Kue-kue ini dapat ditemukan baik yang sudah jadi maupun segar di toko-toko yang menawarkan makanan panggang yang enak, tetapi juga bisa dibuat di rumah. Mereka termasuk dalam dua kategori, yang disebut sec atau glacé. Semua petit four memiliki lapisan dan ditutupi dengan fondant, yang merupakan campuran gula dan air. Selain itu, ada hiasan permen keras atau lunak di atasnya, seringkali berbentuk mawar atau benda mungil lainnya.
Petit fours sec adalah permen “kering” yang tidak memerlukan hiasan lebih lanjut setelah dipanggang dan siap disajikan. Ini termasuk ladyfingers, makaroni, dan rokok. Petit fours glacé, di sisi lain, dapat dimanipulasi dengan berbagai cara setelah dipanggang. Mereka dapat dicelupkan dan didekorasi dengan lapisan gula atau segala bentuk glasir, atau diisi dengan isian manis seperti selai, krim, atau cokelat. Kue bolu mini atau kue makanan malaikat membuat dasar yang tepat untuk permen ini. Jenis glacé lainnya termasuk kue sus dan kue tar.
Secara tradisional, petit fours dikonsumsi dua kali. Salah satunya sebagai snack dengan teh sore hari, dilengkapi dengan dessert beku manis seperti sorbet atau es krim. Mereka juga dapat dimakan di akhir makan besar atau prasmanan, disertai dengan segelas minuman pencuci mulut, yang meliputi minuman keras, kopi, teh, dan anggur penutup.