Istilah “binalot” tidak terlalu mengacu pada makanan itu sendiri, melainkan bagaimana makanan itu dikemas atau dibungkus. Istilah Filipina biasanya mengacu pada penggunaan daun pisang sebagai pembungkus, terutama untuk makanan yang menggabungkan nasi dan viand. Banyak provinsi dan daerah pedesaan di Filipina menggunakan metode ini untuk mengemas makanan mereka, tetapi banyak restoran di seluruh negeri juga memberanikan diri menggunakan “binalot” untuk menciptakan pengalaman makan yang berbeda bagi pelanggan mereka.
Dalam bahasa Filipina, kata “binalot” berarti “membungkus” dan berasal dari akar kata “balot” yang berarti “membungkus”. Penggunaan daun sebagai pembungkus dan wadah makanan mungkin sudah ada sejak zaman primitif, karena tanaman pisang berlimpah di banyak negara tropis Asia seperti Filipina. Penggunaan daun pisang mungkin menjadi lebih penting bagi buruh yang akan melakukan perjalanan jauh dari rumah mereka dan membutuhkan sarana untuk menyimpan makanan mereka.
Metode binalot sangat praktis dan ideal dalam banyak hal: pertama, daun pisang memiliki tampilan yang lebar dan memanjang, menjadikannya wadah yang sempurna untuk makanan dalam jumlah besar. Kelenturan daun juga memudahkan melipat dan membungkus makanan yang ada di dalamnya, meskipun daun biasanya dipanaskan di atas api kecil atau direndam dalam air agar lebih lentur dan tidak tahan sobek. Memanaskan daun pisang juga melepaskan minyak alami yang mencegah makanan lengket, sehingga lebih mudah dimakan dengan jari, seperti yang dilakukan secara tradisional. Minyak juga membantu menjaga makanan tetap lembab dan hangat sambil memberikan aroma penambah nafsu makan. Setelah daun dilipat di atas makanan, sebuah tali biasanya diikatkan di sekelilingnya agar tetap tertutup rapat.
Begitu dibuka, daun pisang bisa langsung dijadikan piring yang bisa langsung dibuang setelah digunakan. Dapat digunakan sebagai bahan pupuk atau sebagai pakan ternak. Metode binalot sangat ramah lingkungan karena menggunakan sumber daya yang berkelanjutan, tidak meninggalkan jejak karbon, dan bahkan membantu menyuburkan tanah saat dibuang. Ini juga membantu mengurangi penggunaan wadah plastik dan polistirena, yang keduanya tidak mudah terurai di dalam tanah. Binalot juga ekonomis, terutama untuk restoran, karena daun pisang mudah diperoleh dan murah dibandingkan dengan membeli piring kaca.
Makanan khas nasi-dan-viand di restoran binalot biasanya terdiri dari seporsi nasi dan hidangan daging yang dipanggang atau digoreng, seperti kaki ayam atau barbekyu babi. Sebuah lauk kadang-kadang dapat dimasukkan, seperti salad telur asin dan tomat atau “achara,” salad yang terbuat dari sayuran acar. Banyak negara Asia seperti India, Malaysia, dan Thailand juga banyak menggunakan daun pisang untuk menyajikan dan menyimpan makanan mereka tidak hanya untuk makanan sehari-hari tetapi juga untuk perayaan.