Kereta peluru Jepang, atau Shinkansen, seperti yang biasa dikenal, adalah keajaiban transportasi umum modern. Sistem kereta api berkecepatan tinggi ini diperkirakan mengangkut antara 150 dan 200 juta penumpang per tahun, dan menjadi standar perjalanan di sebagian besar wilayah Jepang. Awalnya diusulkan pada awal 1940-an, kereta peluru pertama tidak dibuka sampai pertengahan 1960-an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan peningkatan sejak implementasinya.
Shinkansen adalah kereta berkecepatan tinggi dengan kecepatan reguler mencapai hampir 200 mil per jam (mph), atau 300 kilometer per jam (kph). Beberapa tes telah menunjukkan bahwa kereta api mampu melakukan perjalanan hampir dua kali lipat dari kecepatan itu, tetapi untuk alasan keamanan kereta peluru tetap pada kecepatan yang lebih lambat. Bahkan pada kecepatan yang lebih lambat, kereta peluru Jepang mengurangi waktu perjalanan jauh untuk penumpang komuter, dan telah menjadi model efisiensi dan keamanan sejak dibuka.
Kereta peluru Jepang awalnya berjalan antara kota Osaka dan Tokyo, mengikuti jalur jalan kuno yang menghubungkan kota-kota sejak zaman samurai. Saat ini, sistem transit kereta peluru mencakup sebagian besar pulau selatan Jepang, sehingga berguna untuk berbagai tujuan. Sementara komuter harian menggunakan jalur sentral untuk berpindah dari pinggiran kota yang jauh ke jantung kota-kota besar, wisatawan dan pelancong dapat menggunakan Shinkansen untuk mengunjungi tujuan-tujuan terpencil dengan mudah dan dengan kecepatan tinggi.
Beberapa orang menganggap jalur kereta berkecepatan tinggi seperti kereta peluru Jepang sebagai alternatif yang disambut baik untuk perjalanan udara yang semakin ramai dan mahal, terutama untuk jarak yang relatif pendek. Beberapa kereta Shinkansen dapat mengangkut penumpang dua kali lebih banyak daripada pesawat komersial, dan kereta yang paling populer mungkin tiba di depot beberapa kali per jam, memungkinkan fleksibilitas jadwal yang lebih besar bagi penumpang. Selain itu, kereta peluru Jepang memiliki catatan keselamatan yang luar biasa, hanya mengalami satu kali tergelincir dalam lebih dari 40 tahun beroperasi. Sampai tahun 2009, tidak ada korban jiwa akibat kecelakaan atau tergelincirnya rel.
Bertentangan dengan beberapa laporan, kereta peluru Jepang tidak beroperasi terutama pada levitasi magnetik untuk bepergian, melainkan mengandalkan desain ramping dan teknik rel canggih untuk mencapai kecepatan yang mengagumkan. Levitasi magnetik, teknologi yang relatif baru, memungkinkan kecepatan tinggi yang ekstrem karena tarikan magnet dan masih dalam tahap pengujian di Jepang serta banyak negara lain. Namun levitasi magnetik tampaknya menjadi masa depan Shinkansen, dengan eksekutif Kereta Api Jepang berencana untuk menerapkan kereta Maglev di jalur Shinkansen pada tahun 2025.