Apa itu Seni Representasi?

Istilah seni representasional menunjukkan bahwa karya seni menggambarkan sesuatu yang sebagian besar penonton dapat mengenali dari dunia nyata. Sebagian besar, seni rupa realistik mendominasi sejarah seni rupa dari zaman prasejarah hingga modern. Kebalikan dari seni representasional adalah seni non-representasional, yang tidak memiliki subjek yang realistis dan dapat dikenali.

Contoh seni representasional adalah Mona Lisa karya Leonardo da Vinci dan patung David karya Michelangelo. Karya-karya ini cukup nyata, dan para seniman memperhatikan untuk menangkap detail spesifik dari wajah dan sosok manusia. Meskipun sangat abstrak, sebagian besar karya Pablo Picasso juga bersifat representasional. Mata dan hidung mungkin muncul di bagian wajah yang salah di banyak lukisan Picasso, tetapi sosok manusia masih bisa dikenali.

Seni dengan subjek yang dapat dikenali selalu menjadi bentuk yang disukai, dimulai dengan lukisan gua dan patung-patung kecil yang dibuat oleh manusia prasejarah. Seni representasional diproduksi di Mesir, dan mencapai puncaknya di Yunani kuno, ketika patung sosok manusia dihargai karena realismenya yang luar biasa. Bangsa Romawi melanjutkan tradisi seni realistik Yunani.

Selama Abad Pertengahan, seni masih bersifat representasional, tetapi lebih abstrak. Setelah itu, dengan periode Renaissance, realisme muncul ke permukaan lagi. Lukisan mulai matang sebagai bentuk seni selama Renaisans, dan salah satu pencapaian terbesar selama ini adalah teori perspektif linier — sistem rendering objek di ruang angkasa yang didasarkan pada cara mata manusia melihat. Dalam perspektif linier objek di kejauhan lebih kecil dari objek di garis depan, dan garis lurus bertemu di kejauhan. Perspektif memungkinkan seniman Renaisans untuk membuat bangunan dengan akurasi relatif.

Ada pengecualian penting untuk dominasi sejarah seni dengan materi pelajaran yang diakui. Beberapa kaligrafi Islam, atau tulisan dekoratif, yang diproduksi pada abad ke-15 terlihat sangat mirip dengan seni non-representasional modern. Perbandingan karya kaligrafi ini dengan lukisan seniman abad ke-20 Piet Mondrian akan menghasilkan beberapa kesamaan yang luar biasa.

Modernisme membuat seni non-representasional populer di abad ke-20, dan seni non-representasional mencapai puncaknya dengan gerakan Abstrak Ekspresionis di AS selama akhir 1940-an. Abstrak Ekspresionis fokus sepenuhnya pada garis, bentuk, dan warna, dan tidak tertarik untuk menggambarkan apa pun dari dunia nyata. Mungkin contoh terbaik dari jenis seni ini adalah karya yang dibuat oleh Jackson Pollock. Dia akan menyebarkan kanvasnya di lantai studionya dan meneteskan lapisan demi lapisan cat ke atasnya. Bukan saja tidak ada subjek yang dapat dikenali dalam lukisan-lukisan Pollock, tetapi juga tidak ada titik fokus.