Seberapa Efektif Gabapentin untuk Fibromyalgia?

Studi menunjukkan bahwa individu yang menggunakan gabapentin untuk fibromyalgia mengalami pengurangan gejala dari kelelahan, insomnia, dan nyeri. Gejala fibromyalgia dapat menjadi sangat parah sehingga kondisi tersebut melarang individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana. Para ilmuwan percaya gabapentin mengurangi gejala fibromyalgia dengan desensitisasi jaringan saraf. Penyedia layanan kesehatan biasanya meresepkan obat untuk gangguan kejang karena gabapentin bekerja pada sistem saraf pusat. Kegunaan lain dari gabapentin termasuk pengobatan hot flashes, sindrom kaki gelisah, dan tremor.

Para peneliti berteori bahwa jaringan saraf pada pasien dengan fibromyalgia menjadi terlalu terstimulasi dan sangat sensitif terhadap rasa sakit. Rasa sakit yang dialami pasien mungkin terasa tumpul atau tajam, pegal, atau berdenyut. Gejala sistem saraf pusat lainnya termasuk kecemasan dan kesulitan dengan memori. Para ilmuwan percaya bahwa pasien yang memakai gabapentin untuk fibromyalgia memperoleh kelegaan karena obat tersebut mengikat gerbang saluran kalsium pada neuron. Dengan mengatur gerbang ini, masuknya kalsium diperlambat, menghambat aliran bahan kimia pemancar saraf dan mengurangi jumlah sinyal yang ditransmisikan.

Dosis gabapentin untuk pasien yang menderita fibromyalgia bervariasi sesuai dengan usia dan kesehatan individu bersama dengan tingkat keparahan gejala. Dokter yang meresepkan gabapentin untuk fibromyalgia umumnya mengharuskan pasien untuk mengonsumsi 1,200 hingga 2,400 miligram obat setiap hari yang dibagi menjadi tiga atau empat dosis. Efek samping yang umum dari gabapentin termasuk pusing, kelelahan, dan kehilangan koordinasi fisik, dan penyedia layanan kesehatan merekomendasikan agar pasien tidak mengoperasikan mesin atau kendaraan bermotor sampai mereka menyadari reaksi mereka sendiri terhadap obat tersebut.

Beberapa pasien yang memakai gabapentin mungkin juga mengalami nistagmus, suatu kondisi yang menghasilkan gerakan mata horizontal yang tidak disengaja. Salah satu risiko mengonsumsi gabapentin termasuk perkembangan gangguan kejang saat menghentikan pengobatan secara tiba-tiba. Dalam kasus yang jarang terjadi, pasien yang menggunakan obat anti-kejang telah mengembangkan tumor kanker. Individu yang menggunakan gabapentin untuk fibromyalgia tidak boleh secara bersamaan menggunakan antasida karena mengurangi penyerapan gabapentin. Penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi gabapentin dengan hidrokodon, morfin, atau natrium naproxen, meningkatkan kadar obat anti-kejang dalam darah.

Fibromyalgia mempengaruhi jutaan orang setiap tahun. Infeksi atau cedera sebelumnya dapat memicu gangguan, tetapi lebih sering, penyebabnya tidak diketahui. Pasien sering mengalami kelelahan yang melemahkan, disertai nyeri ligamen, tendon, dan otot. Individu yang menderita fibromyalgia umumnya menunjukkan ketidaknyamanan di beberapa area tubuh dan mungkin terbangun di pagi hari dengan berbagai tingkat kekakuan.

Pasien sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan diagnosis fibromyalgia karena pemeriksaan fisik, tes darah, dan studi pencitraan umumnya tidak memiliki bukti peradangan, cedera, atau proses penyakit. Evaluasi fibromyalgia umumnya menilai nyeri kronis yang berlangsung tiga bulan atau lebih. Survei diagnostik juga mengevaluasi jumlah dan tingkat keparahan gejala.