DNA sperma memasok setengah dari materi genetik untuk bayi, jika sperma berhasil membuahi sel telur. DNA yang rusak dapat menjadi penyebab kemandulan dan juga masalah pada janin. Mungkin ada penyebab lingkungan dari kerusakan DNA sperma, seperti obat kemoterapi atau penggunaan rokok. Infeksi, ketidakseimbangan hormon dan usia lanjut juga dapat mempengaruhi kualitas DNA sperma.
Pria yang sehat dan subur dapat menghasilkan sejumlah kecil sperma dengan kerusakan genetik bersama dengan sperma normal. Ketika sebagian besar, atau semua sperma memiliki masalah genetik, maka masalah kesuburan muncul. Sperma ini mungkin tidak dapat membuahi sel telur dengan benar sama sekali. Terkadang, sperma yang membuahi sel telur dapat menghasilkan embrio yang rusak. Kehamilan kemudian dapat keguguran, atau jika wanita tersebut membawa bayinya hingga cukup bulan, bayi tersebut mungkin memiliki masalah medis yang berasal dari masalah DNA sperma.
Masalah kesuburan pria mungkin timbul dari kerusakan DNA sperma dari penyebab lingkungan. Jika pria itu merokok, misalnya, dia lebih mungkin mengembangkan masalah genetik pada spermanya daripada jika dia bukan perokok. Polusi di udara juga dapat mengakibatkan kerusakan DNA sperma, seperti halnya kontak dengan pestisida tertentu.
Obat yang menargetkan sel kanker menempatkan pria pada risiko tinggi untuk kerusakan genetik. Sperma lebih rentan terhadap obat kemoterapi daripada sel lain dalam tubuh karena mereka menunjukkan jenis proliferasi yang sama seperti sel kanker. Terapi radiasi adalah perawatan medis lain yang dapat mengubah DNA dalam sel sperma. Kerusakan sperma dari perawatan ini bisa bertahan lama, jika sel-sel di testis yang menghasilkan sperma telah bermutasi.
Usia juga tampaknya berpengaruh pada kualitas DNA sperma. Pada pria normal dan sehat, testis menghancurkan sperma yang menunjukkan kerusakan DNA. Proses kontrol kualitas ini biasanya menjadi kurang efisien seiring bertambahnya usia. Jika seorang pria memiliki kadar hormon yang tidak normal seperti testosteron, hal ini juga dapat menurunkan kualitas DNA sperma.
Infeksi juga dapat menghasilkan sperma dengan kerusakan DNA. Kadang-kadang infeksi mengobarkan saluran reproduksi dan dengan demikian mengekspos sperma ke spesies oksigen yang lebih reaktif (ROS), molekul yang sangat interaktif yang dapat memiliki efek merugikan pada DNA. ROS ini juga hadir dalam jumlah tinggi pada pria yang mengalami pembesaran pembuluh darah di skrotum, suatu kondisi yang disebut varikokel.
Sperma membutuhkan lingkungan yang sejuk dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Inilah sebabnya mengapa testis berada di luar tubuh. Ketika seorang pria menderita penyakit yang menyebabkan demam tinggi, spermanya bisa rusak. Dia juga dapat mempengaruhi kualitas spermanya jika dia mandi air panas, banyak mengemudi atau melakukan hal lain yang memanaskan testisnya, seperti memegang laptop di pangkuannya.