Dalam politik, opini publik adalah ungkapan yang digunakan untuk menyampaikan maksud dan keinginan masyarakat umum tentang isu-isu penting politik. Ini dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan baik tentang masalah fiskal dan sosial. Salah satu cara utama menentukannya adalah melalui jajak pendapat, yang ditugaskan oleh berbagai kelompok untuk menentukan apa kehendak akhir rakyat. Opini publik kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan berbagai parpol dan politisi.
Pentingnya opini publik bagi politisi tidak dapat dilebih-lebihkan. Ini membantu mereka memenangkan pemilihan, dan kemudian, setelah terpilih, untuk mendapatkan prioritas mereka melalui proses politik. Meskipun dimungkinkan untuk meloloskan undang-undang tanpa persetujuan mayoritas publik, hal itu membuat pekerjaan menjadi lebih mudah. Lebih jauh lagi, mengesahkan undang-undang yang bertentangan dengan keinginan publik dapat menimbulkan masalah ketika wakil tersebut muncul untuk dipilih kembali.
Jajak pendapat penting dalam menentukan opini publik, tetapi itu bukan satu-satunya cara untuk mendapatkannya. Konstituen sering menghubungi pejabat terpilih mereka untuk memberi tahu pikiran dan perasaan mereka. Kelompok dapat mengorganisir kampanye panggilan ke berbagai politisi ketika undang-undang yang menjadi perhatian sedang diperdebatkan. Kontak pribadi ini mungkin atau mungkin tidak mengungkapkan pendapat keseluruhan mayoritas publik, dan oleh karena itu sering diperhitungkan bersama dengan sumber informasi lainnya.
Politisi mungkin menentang opini publik karena sejumlah alasan. Pertama, mereka mungkin kesulitan menilai opini publik. Kedua, mereka mungkin merasa bahwa apa yang mereka lakukan sangat penting sehingga mereka harus menentang opini publik demi kebaikan negara atau wilayah. Ketiga, mereka mungkin merasa berhutang sesuatu kepada partai politik mereka, dan karena itu tidak ingin melawan kehendak partai. Terakhir, mereka mungkin merasa jajak pendapat disusun sedemikian rupa sehingga tidak mencerminkan pendapat orang yang sebenarnya.
Seperti banyak hal dalam demokrasi, opini publik cenderung berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, pada saat harga energi tinggi, masyarakat mungkin tertarik untuk memperluas pengeboran minyak dan bahan bakar fosil lainnya. Jika terjadi bencana atau jika harga energi turun, tekanan dapat berubah dan publik dapat lebih fokus pada isu-isu lingkungan.
Jika opini publik berubah terlalu banyak, politisi yang pernah menikmati mandat publik dan dukungan luas bisa menjadi lengah. Dengan demikian, banyak politisi cenderung mempelajari opini publik, mengawasi jajak pendapat dan tindakan lainnya. Pada saat yang sama, para politisi yang dianggap terlalu bergantung pada jajak pendapat dapat dicap lemah atau tanpa nilai inti.