Sejak lahirnya Undang-Undang Pendidikan Individu dengan Disabilitas (IDEA) di AS pada tahun 1970-an, ada banyak perdebatan tentang bagaimana mendidik anak berkebutuhan khusus secara efektif. Beberapa berpendapat bahwa siswa pendidikan khusus harus menghabiskan hari-hari sekolah mereka di ruang sumber daya khusus yang dirancang khusus untuk mereka, sementara yang lain berpendapat bahwa pilihan terbaik untuk siswa berkebutuhan khusus adalah inklusi, yang menempatkan siswa di kelas pendidikan reguler sepanjang hari sekolah. Pendukung inklusi berpendapat bahwa hal itu memungkinkan siswa untuk bersosialisasi dengan tingkat usia yang sesuai, mengurangi stigma sosial, dan memungkinkan siswa pendidikan khusus mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan siswa pendidikan reguler.
Gagasan inklusi penuh — siswa pendidikan khusus yang tinggal di kelas reguler sepanjang hari sekolah — telah mendapat skeptisisme dari banyak orang. Kritikus berpendapat bahwa inklusi penuh menghilangkan sumber daya berharga dari siswa pendidikan khusus, seperti ruang sumber daya dan pembantu pendidikan khusus seperti komputer dan akomodasi lainnya. Ruang kelas pendidikan reguler seringkali tidak dilengkapi dengan sumber daya yang berharga tersebut, sehingga menempatkan siswa pendidikan khusus pada posisi yang kurang menguntungkan. Selain itu, guru kelas reguler sering kali kurang siap atau tidak siap untuk menangani kebutuhan banyak siswa pendidikan khusus sepanjang hari sekolah. Dengan menempatkan siswa dalam lingkungan yang sepenuhnya inklusif, siswa tersebut mungkin tidak memiliki akses ke fakultas pendidikan khusus yang paling lengkap untuk menangani kebutuhan mereka.
Pendukung inklusi berpendapat bahwa siswa pendidikan khusus memiliki hak untuk menghabiskan hari mereka di kelas reguler dan tidak harus “mendapatkan” jalan keluar dari kelas pendidikan khusus. Sebuah teori alternatif yang disebut pengarusutamaan menempatkan siswa di kelas pendidikan umum untuk mata pelajaran tertentu saja, atau untuk sebagian hari sekolah tetapi tidak untuk yang lain. Pendukung inklusi berpendapat bahwa pengarusutamaan tidak cukup jauh untuk memungkinkan siswa pendidikan khusus mendapatkan pendidikan yang sama dengan siswa pendidikan reguler, dan selanjutnya berpendapat bahwa teknik ini meningkatkan stigma sosial. Inklusi akan menghindari skenario seperti itu, memungkinkan sosialisasi normal siswa pendidikan khusus dan akses ke pendidikan yang setara.
Perdebatan tentang cara terbaik mendidik siswa pendidikan luar biasa masih ada sampai sekarang. Baik teknik pengarusutamaan maupun inklusi penuh digunakan di sekolah-sekolah di seluruh Amerika Serikat, dan setiap metode dapat digunakan secara efektif, asalkan setiap siswa pendidikan khusus dievaluasi dengan benar dan dinilai secara teratur. Sekolah harus mengembangkan Rencana Pendidikan Individual (IEP) untuk siswa pendidikan khusus, dan metode terbaik untuk memasukkan siswa ke dalam kelas umum dibahas pada pertemuan perencanaan IEP.