Dalam Hukum, apa itu Mental Anguish?

Penderitaan mental adalah tekanan psikologis yang dialami sebagai akibat dari peristiwa traumatis. Dalam hukum, mungkin ada kasus di mana orang dapat diberikan ganti rugi atas penderitaan yang mereka alami jika mereka dapat menunjukkan bahwa kesalahan orang lain berkontribusi atau menciptakan keadaan penderitaan. Misalnya, anggota keluarga korban pembunuhan mungkin menuntut si pembunuh karena penderitaan mental dalam kasus perdata.

Tekanan psikologis dapat mengambil beberapa bentuk, termasuk depresi, kesedihan, ketakutan, stres, kecemasan, penghinaan, dan ketakutan. Agar dapat dianggap sebagai penderitaan mental untuk tujuan hukum, biasanya diperlukan dokumentasi yang menunjukkan bahwa masalah psikologis yang dialami sangat kuat, terkait dengan tindakan orang lain, dan tidak sesuai dengan karakter orang yang mengalaminya. Seseorang dengan riwayat depresi, misalnya, belum tentu diperbolehkan untuk mengklaim penderitaan mental atas dasar depresi.

Orang dapat mengalami penderitaan jenis ini sebagai akibat disiksa atau diancam, dipaksa untuk menyaksikan tindakan kebejatan seperti penyiksaan, pembunuhan, atau pemerkosaan, atau terluka parah sebagai akibat dari kesalahan. Seseorang yang kehilangan kaki dalam kecelakaan mobil, misalnya, mungkin berpendapat bahwa pengalaman kehilangan dan pemulihan itu disertai dengan penderitaan mental. Peristiwa lain yang dapat menyebabkan tekanan psikologis termasuk penculikan, penghinaan publik, atau insiden yang mengarah pada perkembangan gangguan stres pasca trauma.

Tuntutan untuk penderitaan mental biasanya terlihat di pengadilan sipil, dan dapat disertai dengan permintaan untuk membayar jenis kerusakan lainnya. Dalam contoh di alinea pertama, misalnya, keluarga juga dapat menuntut upah yang hilang, dengan alasan bahwa si pembunuh merampas keluarga penerima upah dan uang yang mungkin dia bawa ke dalam rumah tangga. Ketika memutuskan jenis ganti rugi apa yang harus digugat, pengacara umumnya mempertimbangkan fakta-fakta kasus, kemampuan potensial untuk membayar ganti rugi, dan budaya hukum yang berlaku di wilayah tempat kasus itu diadakan. Jika seorang hakim dikenal tangguh dalam kasus-kasus penderitaan mental, misalnya, seorang pengacara mungkin memilih untuk fokus pada jenis ganti rugi lainnya.

Ukuran penghargaan untuk penderitaan mental dapat bervariasi, tergantung pada sifat kejahatan, hakim, bukti yang disajikan di pengadilan, dan faktor lainnya. Penting untuk menyadari fakta bahwa di sebagian besar negara, pengacara tidak diizinkan untuk meminta klien secara langsung atau memberi kompensasi kepada orang yang meminta klien atas nama mereka. Jika seorang pengacara mendekati dengan tawaran untuk mengajukan gugatan perdata, dia mungkin melanggar standar perilaku yang ditetapkan oleh asosiasi pengacara.