Benarkah Darah Buaya Mengandung Antibiotik?

Meski terdengar aneh, darah buaya memang mengandung komponen antibiotik yang disebut peptida, dan diharapkan suatu saat komponen ini dapat disintesis untuk pengobatan banyak penyakit manusia dan infeksi bakteri. Sudah ada beberapa bukti awal bahwa peptida antibiotik tertentu yang ditemukan dalam darah buaya dapat membunuh bakteri yang resistan terhadap obat seperti Staphylococcus aureus atau MRSA yang resistan terhadap methicillin dan bahkan virus HIV yang terkait dengan AIDS.

Penelitian tentang antibiotik dan sifat obat lainnya dari kadal dan amfibi bukanlah hal baru. Obat diabetes yang baru-baru ini disetujui yang dikenal sebagai Byetta sebagian besar didasarkan pada struktur kimia air liur monster Gila, misalnya. Sekresi dari katak dan amfibi lainnya juga telah dipelajari karena sifat obatnya yang unik. Studi formal tentang darah buaya konon berawal dari pengamatan buaya di alam liar.

Ahli biologi mengamati perilaku aligator memperhatikan bahwa meskipun aligator sering terlibat dalam perilaku teritorial kekerasan dan pertemuan merusak dengan hewan lain, sangat sedikit yang pernah mengembangkan infeksi fatal dari luka-luka mereka. Bahkan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di air rawa yang dipenuhi bakteri tampaknya tidak mempengaruhi proses penyembuhan. Ketahanan alami terhadap infeksi bakteri seperti itu tidak jarang terjadi pada hewan liar, tetapi darah aligator tampaknya sangat resisten.

Sampel darah buaya akhirnya dikumpulkan untuk penyelidikan ilmiah yang serius dan hasilnya mengejutkan banyak peneliti. Serum manusia terkonsentrasi dan sampel serum buaya pekat masing-masing terpapar pada 23 jenis bakteri, termasuk yang bertanggung jawab atas MRSA. Serum darah manusia berhasil membunuh 8 dari 23 biakan bakteri. Serum darah buaya membunuh semua 23 kultur bakteri, termasuk MRSA. Ini juga secara signifikan mengurangi tingkat keseluruhan HIV dalam sampel darah manusia yang terinfeksi.

Karena hasil yang menjanjikan dari tes ini, para ilmuwan berharap dapat mensintesis struktur kimia peptida darah buaya dan mengembangkan antibiotik serupa untuk manusia. Saat ini, tingkat terapeutik darah buaya akan terlalu beracun bagi manusia, tetapi ada harapan bahwa versi sintetis yang cocok dapat diproduksi sebagai krim untuk infeksi topikal dan sebagai pil untuk infeksi bakteri sistemik dalam dekade berikutnya.