Bagaimana Reiki Bekerja?

Reiki adalah bentuk penyembuhan spiritual yang berasal dari Jepang abad ke-20. Dibuat oleh Sensei Buddhis Mikao Usui, konon dapat menyembuhkan seseorang melalui energi yang mengalir dari telapak tangan praktisi. Reiki berhasil sampai ke AS berkat karya Hawayo Takata, yang lahir di Hawaii dari orang tua Jepang. Hawayo Takata mencoba Reiki dalam salah satu kunjungannya ke Jepang, dan percaya bahwa dia akhirnya menghindari tiga operasi berkat perawatan tersebut. Pada tahun 1937, ia menjadi orang luar pertama yang menerima sertifikasi Reiki Tingkat Pertama.

Nama ini secara harfiah berarti “energi spiritual/jiwa.” Praktisi percaya bahwa Reiki dapat membantu membuka blokir emosional atau spiritual blok yang menyebabkan penyakit. Alih-alih berfokus pada pengobatan gejala penyakit, ia bekerja pada penyebabnya. Melalui penggunaan energi kehidupan universal, Reiki dapat menyembuhkan seseorang, bahkan jika praktisinya sendiri tidak tahu apa yang salah.

Selama sesi Reiki, seorang praktisi akan meminta pasien untuk berbaring di atas meja setelah melepas sepatu dan perhiasannya. Dia kemudian akan menggerakkan tangannya di sekitar tubuh orang itu, tanpa benar-benar menyentuhnya. Selama proses tersebut, tangan praktisi biasanya menjadi panas, dikatakan sebagai tanda bahwa energi mengalir melaluinya. Penting untuk dicatat bahwa energi yang diterima tidak berasal dari praktisi itu sendiri; dia hanya menyalurkan energi alam semesta. Beberapa orang yang mengalami Reiki untuk pertama kalinya memiliki reaksi emosional yang kuat terhadapnya. Ini dianggap biasa.

Karena Reiki bekerja dengan energi, terkadang dibutuhkan beberapa kali kunjungan sebelum perbedaan dapat dilihat atau dirasakan. Juga, hasilnya sering dikatakan halus, dan bervariasi dari orang ke orang. Namun, praktisi percaya bahwa itu bekerja untuk semua orang dan kondisi apa pun.

Beberapa kritikus menyinggung kurangnya bukti ilmiah untuk mendukung Reiki. Meskipun benar bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan kemanjuran Reiki dalam mengobati kondisi medis tertentu, praktisi menunjukkan bahwa itu harus dianggap sebagai bentuk pengobatan pelengkap, bukan sebagai pengganti perawatan dokter.