Patofisiologi trauma adalah studi tentang perubahan yang terjadi dalam tubuh setelah peristiwa traumatis atau cedera. Pasien trauma sering mengalami perubahan yang berbeda dalam aspek biokimia dan fisik tubuh setelah peristiwa traumatis, dan terkadang perubahan ini dapat bertahan seumur hidup. Contoh jenis patofisiologi trauma termasuk trauma abdomen dan trauma tumpul, atau benturan fisik pada suatu area tubuh. Trauma rangka juga merupakan jenis trauma umum lainnya dan dapat menyebabkan apa saja mulai dari patah tulang kecil hingga kerusakan lempeng pertumbuhan permanen pada remaja.
Trauma perut adalah cedera umum yang terkait dengan pukulan ke perut dan daerah perut, menyebabkan pecahnya otot perut atau cedera pada berbagai organ perut. Limpa sering terluka pada trauma perut, dan cedera dapat berkisar dari sensasi nyeri ringan yang dapat mereda dalam beberapa hari hingga pecah atau berdarah untuk kasus yang lebih serius. Ginjal juga dapat terluka pada trauma perut, yang dapat mengancam jiwa. Patofisiologi trauma pada organ-organ ini dapat berakibat fatal bagi tubuh jika tidak ditangani dengan benar, karena trauma akan menunda fungsi organ dari proses normal tubuh mereka.
Trauma tumpul terlihat di bagian tubuh mana pun yang dapat menerima pukulan kuat untuk membuat cedera. Jenis trauma tumpul termasuk pukulan ke kepala dan mata, serta perut, dada dan punggung. Ketika trauma tumpul terjadi pada mata, perubahan penglihatan sementara dan memar dapat terjadi, serta kebutaan pada kasus yang parah. Jika instrumen tumpul mengenai kepala, gegar otak mungkin terjadi atau bahkan kerusakan otak permanen, yang sering dipelajari dalam patofisiologi trauma.
Korelasi yang jelas terlihat antara perubahan fungsi, atau perubahan fisiologi, bagian atau organ tubuh tertentu akibat trauma. Patofisiologi trauma dapat berkisar dari ringan dan sementara hingga berat dan mengancam jiwa. Trauma tulang, misalnya, mungkin termasuk patah tulang sementara dan ringan pada tulang kerangka, yang mudah diatasi dengan mengistirahatkan tulang sampai sembuh. Di sisi lain, trauma pada sistem kerangka remaja, karena aktivitas berat atau kekerasan, dapat menyebabkan gangguan pada lempeng pertumbuhan, yang mempengaruhi potensi pertumbuhan di masa depan.