Bagaimana Mungkin Perilaku Anak Menunjukkan Tanda-Tanda Pelecehan?

Orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya yang bekerja dengan anak-anak sering dilatih untuk mendeteksi tanda-tanda fisik pelecehan, termasuk memar yang tidak dapat dijelaskan, kebersihan yang buruk, mutilasi diri, dan sejenisnya. Namun, setiap perubahan dalam perilaku anak juga harus dianggap sebagai tanda pelecehan. Insiden pelecehan seksual, fisik, atau emosional tidak selalu meninggalkan bekas luka fisik, tetapi anak masih dapat menunjukkan bekas luka emosional melalui perilakunya di sekitar anak-anak lain dan orang dewasa. Anak-anak yang dilecehkan bisa tiba-tiba menjadi sangat tertutup atau mulai menindas anak-anak lain. Banyak yang menunjukkan perilaku yang tidak pantas atau terlalu dewasa untuk usia mereka, dan mereka mungkin menjadi terlalu sayang atau tidak ingin disentuh.

Salah satu tanda perilaku pelecehan yang mungkin terjadi adalah perubahan mendadak antara kepribadian ekstrovert dan introvert. Namun, efek pelecehan dapat bekerja di kedua arah, dan itu tidak selalu mengarah pada penarikan sosial atau introversi. Beberapa korban pelecehan anak mungkin menjadi lebih terbuka dan terbuka, bahkan sampai berlebihan.

Jika seorang anak tiba-tiba menjadi pengganggu sekolah atau korban abadi, ini mungkin merupakan tanda peringatan. Anak-anak yang dilecehkan sering bereaksi terhadap trauma mereka baik dengan memukul atau dengan pingsan secara internal. Baik pelaku maupun korban mungkin bereaksi terhadap situasi yang melecehkan.

Tanda perilaku lainnya adalah aktivitas yang tidak sesuai dengan usia. Beberapa korban pelecehan anak mungkin mundur ke waktu yang lebih aman dalam hidup mereka sebagai mekanisme pertahanan. Anak-anak ini mungkin membuat ulah, menggunakan selimut pengaman atau menunjukkan perilaku anak usia dini lainnya.

Anak-anak lain, terutama korban kekerasan fisik atau seksual, mungkin menunjukkan tanda-tanda kedewasaan di luar usia mereka. Mereka mungkin menggunakan bahasa seksual atau cabul, atau melakukan perilaku seksual. Korban kekerasan fisik dapat memaksa anak-anak lain untuk melakukan aksi berbahaya atau memerankan kembali adegan kekerasan dari video game atau film.

Banyak orang dewasa mungkin melihat peningkatan kasih sayang seorang anak sebagai hal yang normal, tetapi itu mungkin juga merupakan tanda pelecehan. Anak-anak yang dilecehkan sering mencari kenyamanan orang dewasa yang mereka tahu tidak akan menyakiti mereka. Beberapa korban, terutama mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual, bisa menjadi sangat lekat atau bahkan tidak menyayangi orang dewasa. Perempuan korban pelecehan seksual sering kali telah dipersiapkan untuk menjadi penggoda oleh pelakunya. Anak-anak harus diajari batasan dalam hal kontak fisik dengan orang dewasa, dan perilaku yang terlalu penuh kasih sayang harus dilihat sebagai tanda peringatan yang mungkin.

Anak-anak lain mungkin menunjukkan perilaku sebaliknya. Korban pelecehan seksual, fisik dan emosional sering menghindari kontak fisik dengan orang dewasa atau anak-anak lain. Jika seorang anak tersentak setiap kali orang dewasa tertentu memasuki ruangan, ini bisa menunjukkan masalah. Seorang anak mungkin juga mulai menangis setiap kali pengasuh anak yang kasar tiba di rumah.

Bahkan kemiripan fisik orang dewasa dengan pelaku kekerasan terhadap anak mungkin cukup untuk memicu reaksi. Jika seorang anak tampaknya takut pada pria berjanggut, misalnya, ini mungkin mengindikasikan pelecehan oleh kerabat atau tetangga berjanggut. Beberapa anak yang dilecehkan mungkin bereaksi negatif terhadap suara perintah guru atau menolak memasuki lemari penyimpanan atau ruangan kecil lainnya.

Melaporkan kemungkinan pelecehan anak dapat menjadi keputusan yang sulit untuk dibuat, karena tanda-tanda fisik dan perilaku mungkin juga merupakan hasil dari pengalaman masa kanak-kanak yang normal. Sulit untuk menuduh orang dewasa melakukan kejahatan berdasarkan bukti tidak langsung. Namun, ribuan anak menjadi korban pelecehan fisik, seksual, atau emosional setiap tahun di Amerika Serikat saja, yang berarti bahwa orang dewasa memiliki tanggung jawab untuk melaporkan potensi pelecehan kepada lembaga penegak hukum atau organisasi kesejahteraan sosial.