Bagaimana Hormon Wanita Berubah dengan Usia?

Tingkat hormon wanita berubah drastis seiring bertambahnya usia. Hormon biasanya hadir saat lahir, meningkat selama masa pubertas dan kehamilan, dan kemudian menurun saat wanita mendekati menopause. Hasil penurunan kadar hormon termasuk infertilitas dan gejala tidak nyaman seperti hot flashes dan sakit kepala. Dengan demikian, banyak wanita yang menua mencoba mengganti hormon yang memudar dengan pengganti estrogen dan progesteron yang diproduksi, yang juga dapat digunakan dalam berbagai bentuk untuk mencegah kehamilan selama tahun-tahun subur.

Hormon wanita hadir sejak lahir, menyebabkan beberapa bayi — laki-laki atau perempuan — memiliki payudara yang membesar selama masa bayi. Ini mungkin akibat dari estrogen yang berpindah dari ibu ke bayi melalui plasenta, atau bisa juga disebabkan oleh tubuh bayi sendiri yang membuat prolaktin sebagai respons terhadap penurunan tiba-tiba estrogen dari tubuhnya setelah tali pusar dipotong. Beberapa bayi perempuan mengalami pembesaran payudara sesekali selama beberapa tahun pertama kehidupan, menunjukkan bahwa hormon mempengaruhi kehidupan mereka sejak dini.

Selama pubertas, hipotalamus menghasilkan hormon pelepas gonadotropin, yang pada gilirannya memberi sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon tambahan. Ini termasuk hormon luteinizing (LH) dan hormon perangsang folikel (FSH), yang keduanya merangsang ovarium untuk membuat hormon tambahan. Hormon wanita yang paling terkenal yang diproduksi oleh ovarium adalah estrogen dan progesteron, yang membantu LH dan FSH dalam mengatur siklus menstruasi. Hormon-hormon ini meningkatkan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi, dan kemudian meningkatkan kadar progesteron selama sekitar dua minggu sesudahnya. Ketika sel telur yang dilepaskan tidak dibuahi, tingkat progesteron turun, yang membuat lapisan rahim mulai luruh dalam apa yang disebut menstruasi.

Kehamilan dan hormon wanita berjalan seiring, karena kurangnya penurunan progesteron yang biasa tidak terjadi ketika seorang wanita hamil, itulah sebabnya menstruasinya tidak pernah muncul selama siklus itu. Sebaliknya, human chorionic gonadotrophin (hCG) memberi sinyal ke ovarium untuk membuat lebih banyak progesteron dan estrogen, meskipun plasenta biasanya mengambil alih pekerjaan ini sebelum trimester kedua. Hasil dari kadar hormon wanita yang lebih tinggi ini adalah peningkatan suplai darah, lapisan rahim yang lebih tebal, dan otot rahim yang cukup rileks untuk tumbuh bersama bayi yang belum lahir. Sementara prolaktin meningkat untuk membuat ASI tepat sebelum kelahiran bayi, kadar estrogen dan progesteron turun tiba-tiba setelah kelahiran, terkadang mengakibatkan depresi pascapersalinan. Hormon-hormon wanita ini mulai berkurang bahkan semakin mendekati menopause.

Penurunan kadar estrogen selama menopause dapat menyebabkan masalah pada tulang dan jantung, seperti osteoporosis dan penyakit jantung. Keringat malam, hot flashes dan kekeringan pada vagina juga merupakan gejala umum dari hilangnya hormon seks ini. Sakit kepala dan kelelahan juga dapat terjadi, yang menyebabkan ketidaknyamanan selama menopause. Di sisi lain, tingkat progesteron yang lebih rendah menyebabkan infertilitas, kekeringan vagina dan libido rendah. Penambahan berat badan, depresi, dan kembung adalah konsekuensi tambahan dari penurunan kadar progesteron yang menyertai menopause.

Untuk alasan ini, terapi penggantian hormon (HRT) sering digunakan oleh wanita lanjut usia yang tidak menyukai efek dari kadar hormon wanita yang lebih rendah. HRT biasanya datang sebagai pil atau patch untuk ditempatkan pada tubuh, dan dapat mengurangi gejala seperti hot flashes dan keringat malam. Sebelum menopause, beberapa wanita menggunakan hormon sintetis untuk mencegah kehamilan, karena kelebihan estrogen pada banyak jenis alat kontrasepsi dapat mencegah ovulasi. Progesteron yang datang dalam berbagai bentuk kontrasepsi dapat mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan sperma untuk mencapai serviks, dan juga dapat membuat lapisan rahim terlalu tipis untuk ditanamkan embrio.