Bagaimana Hakim Memutuskan Apakah Memberikan atau Menolak Pembebasan Bersyarat?

Di pengadilan, keadilan seharusnya objektif dan tidak memihak. Tetapi hakim adalah manusia, dan rentan terhadap pasang surut kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar ruang sidang. Untuk melihat apakah ada pola yang dapat dilihat dari keputusan pengadilan, para peneliti mengamati 1,112 sidang dewan pembebasan bersyarat di Israel, yang dipimpin oleh delapan hakim yang berbeda selama periode 10 bulan pada tahun 2009. Apa yang mereka temukan sangat dramatis. Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan putusan yang menguntungkan memuncak pada awal hari pengadilan, mulai dari 65 persen dan kemudian turun ke nol. Setelah istirahat makan siang atau snack, para hakim kembali memberikan pembebasan bersyarat sekitar 65 persen dari waktu, dan kemudian semakin menolak permohonan pembebasan bersyarat para pemohon seiring berlalunya waktu.

Inilah hakimnya:

Satu-satunya variabel lain yang mempengaruhi keputusan hakim adalah berapa kali pemohon masuk penjara, dan apakah dia pernah mengikuti program rehabilitasi.
Faktor-faktor lain — seperti tingkat keparahan kejahatan tahanan, waktu yang telah dia habiskan di penjara, dan jenis kelamin atau etnis tahanan — tampaknya tidak berpengaruh pada putusan, dengan satu atau lain cara.
Para peneliti tidak menarik kesimpulan tentang mengapa para hakim jauh lebih lunak di pagi hari dan setelah makan siang dan istirahat makanan ringan, selain untuk menunjukkan “beristirahat, meningkatkan suasana hati, atau (…) meningkatkan kadar glukosa dalam tubuh.”