Bagaimana Cara Membedakan Antara Fakta dan Opini?

Menentukan perbedaan antara fakta dan opini bisa jadi menantang. Perbedaan yang paling mendasar adalah fakta dapat dibuktikan sedangkan opini tidak. Saat mencoba membedakan keduanya, pertimbangkan apakah ada bukti objektif yang mendukung pernyataan tersebut. Jika demikian, kemungkinan besar itu adalah fakta. Jika tidak, kemungkinan besar itu adalah opini.
Misalnya, fakta bahwa beberapa apel berwarna merah dan beberapa berwarna hijau. Ada banyak dokumentasi yang mendukung keberadaan kedua jenis apel tersebut. Seseorang dapat mengunjungi toko kelontong, kebun apel atau pasar petani dan melihat secara fisik bahwa kedua jenis apel itu ada. Tidak peduli bagaimana perasaan individu tertentu tentang salah satu warna apel, tidak diragukan lagi bahwa beberapa apel berwarna hijau sementara yang lain berwarna merah. Warna apel itu objektif, artinya tidak peduli berapa banyak orang yang melihatnya, tetap ada apel merah dan apel hijau.

Jika seseorang menyatakan bahwa apel merah rasanya lebih enak daripada apel hijau, dia menyatakan pendapat. Pernyataan tersebut bersifat subjektif, karena didasarkan pada preferensi. Orang lain mungkin lebih suka apel hijau, sementara yang ketiga mungkin menyukai keduanya. Tidak ada data empiris atau bukti yang mendukung pendapat bahwa apel merah rasanya lebih enak.

Terkadang fakta dan opini bisa membingungkan. Misalnya, seorang pria mungkin mengatakan bahwa dia lebih menyukai apel merah daripada apel hijau. Ini terdengar seperti opini karena dia mengekspresikan preferensi. Namun, pernyataan itu sebenarnya adalah fakta, karena dia menyatakan informasi yang dapat dibuktikan. Seorang pengamat yang objektif dapat memverifikasi bahwa pria itu memang lebih menyukai apel merah.

Kebingungan antara fakta dan opini juga bisa muncul ketika seorang ahli menyatakan suatu opini seolah-olah itu fakta. Misalnya, sebuah buku masak mungkin mengatakan bahwa apel hijau lebih baik untuk membuat kue. Ini terdengar seperti fakta, tapi sebenarnya opini, karena istilah “lebih baik” itu subjektif. Penulis buku masak mungkin bermaksud bahwa apel hijau memiliki kadar air yang lebih rendah daripada apel merah dan karena itu menjaga kerak agar tidak basah. Pernyataan ini akan menjadi fakta karena kandungan air apel hijau dan pengaruhnya terhadap kulit pie dapat diamati, diukur, dan dibuktikan.

Menurut penulis, kerak yang lebih kencang lebih baik, sehingga ia menyatakan bahwa apel hijau lebih baik. Orang lain mungkin lebih suka kerak yang lebih lembut dan karena itu mungkin ingin menggunakan apel merah sebagai gantinya. Orang lain mungkin tidak menyukai apel hijau sama sekali, jadi apel merah akan lebih baik untuknya, terlepas dari kandungan air atau pengaruhnya pada kulitnya. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh ini, perbedaan antara fakta dan opini bisa sangat halus dan mungkin hanya bergantung pada bagaimana sebuah pernyataan diucapkan.