Apakah Beruang Kutub dalam Bahaya dari Pemanasan Global?

Pemanasan global, fenomena yang didokumentasikan secara ilmiah di mana suhu global terus meningkat, memiliki dampak besar pada spesies di seluruh dunia. Beruang kutub dan spesies Arktik lainnya sangat berisiko karena habitat mereka semakin terancam oleh kenaikan suhu. Banyak lembaga ilmiah telah menunjukkan bahwa jumlah beruang kutub sedang menurun, dan bahwa jika tindakan tidak diambil dengan cepat, hewan-hewan ini dapat menghilang dari Bumi, kehilangan habitat, makanan, dan tempat berlindung.

Di alam liar, beruang kutub menghabiskan sebagian besar hidup mereka berkeliaran di es untuk mencari makanan, yang muncul dalam bentuk hewan Arktik lainnya seperti anjing laut. Beruang ini telah beradaptasi dengan diet tinggi lemak dari hewan laut seperti anjing laut: mereka adalah perenang yang cepat dan agresif, memungkinkan mereka untuk dengan mudah menangkap mangsanya. Setiap musim panas, saat bongkahan es mulai menyusut, beruang kutub mendekat ke daratan untuk melahirkan dan merawat anaknya. Banyak yang tidak makan selama periode ini, berburu lagi ketika es kembali dan hidup dari lemak yang tersimpan.

Paket es secara keseluruhan menurun secara global. Ketika terbentuk, ia meleleh lebih cepat, dan cenderung lebih tipis juga. Pada tahun 2004, beberapa kematian beruang kutub karena tenggelam tercatat, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beruang-beruang itu telah terperangkap di daerah-daerah terpencil dari es yang mengapung, dan telah mencoba berenang ke darat. Karena penyusutan es, mereka lelah dan tenggelam sebelum mencapai pantai dan selamat. Masalah ini kemungkinan akan bertambah seiring dengan menyusutnya bongkahan es.

Penyusutan es memiliki dampak lain bagi beruang kutub: mereka kehilangan mangsa alaminya, yang juga dipengaruhi oleh penyusutan habitat. Beruang tidak terlalu mahir menangkap hewan darat seperti karibu, dan juga harus bersaing dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber makanan ini. Hewan darat juga tidak menyediakan makanan tinggi lemak yang dibutuhkan beruang kutub, yang dapat menyebabkan kelaparan. Ibu yang kelaparan mungkin tidak dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan anaknya, yang selanjutnya akan berkontribusi pada penurunan jumlah beruang kutub.

Saat mencari makanan dan habitat, beruang kutub juga pernah bentrok dengan manusia. Interaksi dengan binatang dulu sangat jarang, karena beruang dipelihara di laut es. Dengan hilangnya es itu, beruang mulai muncul di sekitar daerah berpenghuni mencari makanan dan tempat berlindung. Mereka bersaing dengan pemburu untuk membunuh mereka dan sering berakhir dibantai karena mereka menimbulkan ancaman bagi komunitas manusia.

Kombinasi faktor mematikan yang disebabkan oleh pemanasan global menempatkan beruang kutub pada tingkat risiko yang sangat tinggi. Penurunan tingkat kelahiran dan kelangsungan hidup telah didokumentasikan, dan ahli biologi semakin khawatir tentang perilaku tidak menentu yang ditunjukkan oleh hewan sebagai akibat dari hilangnya habitat alami mereka. Organisasi yang didedikasikan untuk kesejahteraan lingkungan percaya bahwa upaya global diperlukan untuk melawan pemanasan global sebelum terlambat bagi beruang kutub, serta banyak spesies lain yang menyebut Bumi sebagai rumah.