Sejak dahulu kala, orang telah melakukan yang terbaik untuk membujuk orang lain untuk percaya sebagaimana mereka percaya, memercayai apa yang mereka percayai, dan melakukan apa yang mereka lakukan. Plato, Socrates, Aristoteles, dan Cicero secara kolektif membantu memformalkan studi tentang bagaimana bahasa digunakan dalam persuasi, juga disebut argumen. Pendekatan yang mereka fokuskan disebut keterampilan retorika. Keterampilan retoris jatuh ke dalam beberapa kategori, termasuk penemuan, pengaturan, memori, pengiriman, dan gaya.
Sebagai keterampilan retoris, penemuan adalah asal-usulnya. Ini termasuk etos, pathos, dan bukti logis. Etos mengacu pada standar etika pembicara yang jelas serta kredibilitas. Pathos berkaitan dengan sejauh mana orator memprovokasi respons emosional pada mereka yang mendengarkan. Pembuktian logis ditemukan dalam penggunaan penalaran induktif dan deduktif.
Kategori aransemen melihat struktur retorika argumen orator dan mencakup tujuh unsur: pendahuluan, narasi, proposisi, pembagian, pembuktian, sanggahan, dan kesimpulan. Pendahuluan adalah ajakan orator kepada audiens untuk mendengarkan argumen, dan narasi secara singkat mencantumkan fakta-fakta yang berhubungan dengan argumen tersebut. Dalam proposisi, orator mengeksplorasi fakta-fakta ini. Pembagian adalah bagaimana orator mengatur semua poin ke dalam kategori; bukti mengacu pada logis, presentasi langkah-demi-langkah dari ide-ide pendukung orator; dan sanggahan adalah titik di mana orator menunjukkan kesalahan dalam argumen lawan. Selama kesimpulan, orator merangkum argumen dan mendesak hadirin untuk merespons secara emosional.
Peran memori dalam keterampilan retorika sederhana namun penting. Orator harus menginternalisasi struktur argumen sampai pada titik di mana ia dapat menyajikannya seolah-olah itu spontan dan sepenuh hati. Penyampaian melibatkan kontrol orator terhadap nada suara dan gerak tubuh.
Keterampilan retoris bekerja bergandengan tangan satu sama lain. Tanpa gaya, kategori formal terakhir, poin orator pasti akan gagal total. Bahasa di mana argumen disampaikan harus menunjukkan kemurnian, atau kebenaran linguistik; kejelasan, yang berarti poin-poinnya transparan; dan kesopanan, atau seberapa tepat poin untuk argumen secara keseluruhan. Orator secara bersamaan mengesankan dan secara halus merayu penonton melalui penggunaan ornamen, atau metafora, ritme linguistik, dan idiom. Keterampilan retorika yang baik juga memerlukan pertanyaan, termasuk pertanyaan interogatif atau retoris yang tidak memerlukan jawaban: rogatio, di mana orator bertanya dan menjawab pertanyaan; quaesitio, yang menyajikan sejumlah pertanyaan dengan cepat dalam upaya untuk mempengaruhi emosi penonton; dan percontatio, yaitu pertanyaan tak terjawab yang membuat penonton merasa tidak puas.