Apakah Ada Protein dalam Jagung?

Jagung, juga dikenal sebagai jagung, ditanam di seluruh dunia dan merupakan tanaman pangan penting di banyak negara, terutama di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan sebagian bekas Uni Soviet. Persentase protein dalam jagung umumnya bervariasi antara 8 dan 11 persen, tergantung pada varietas jagung. Quality Protein Jagung (QPM) yang merupakan varietas jagung yang telah dikembangkan secara khusus memiliki kandungan protein yang tinggi, mengandung kurang lebih 18 persen protein. Masalah utama dengan protein dalam jagung, terutama pada varietas yang lebih tua, adalah bahwa ia kekurangan atau merupakan sumber yang buruk dari dua asam amino penting yang disebut lisin dan triptofan yang diperlukan tubuh manusia untuk memetabolisme protein dengan benar. Rendahnya kualitas protein pada jagung dapat menyebabkan malnutrisi berupa defisiensi protein yang disebut juga dengan malnutrisi basah atau kwashiorkor, dan juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi vitamin yang dikenal dengan pellagra.

Secara nutrisi, jagung merupakan sumber karbohidrat, vitamin B dan berbagai mineral yang baik. Namun, kandungan lisin dan triptofan yang tidak mencukupi dalam protein jagung membuat sebagian besar jenis jagung menjadi sumber protein makanan yang buruk. Disarankan untuk mengonsumsi jagung dengan jenis protein lain, seperti kacang-kacangan, ikan, atau daging. Ini membantu menyediakan asam amino yang diperlukan yang hilang dari jagung, dan memungkinkan tubuh untuk memetabolisme protein dalam jagung.

Di beberapa bagian dunia, jagung dalam berbagai bentuk seperti tepung jagung dan bubur jagung merupakan sumber nutrisi utama, dengan sedikit sumber makanan lainnya. Rendahnya kualitas protein dalam jagung dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius di daerah tersebut. Salah satu masalah kesehatan tersebut adalah kwashiorkor, suatu bentuk kekurangan protein pada anak yang mengonsumsi cukup kalori, tetapi masih kekurangan gizi karena tidak mendapatkan cukup protein. Jenis malnutrisi ini kadang-kadang disebut malnutrisi basah. Masalah kesehatan lain yang terkadang terkait dengan konsumsi jagung adalah pellagra, kekurangan vitamin yang terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan cukup niasin atau triptofan.

Varietas jagung yang lebih baru, seperti QPM, telah dikembangkan untuk meningkatkan nilai gizi jagung dan khususnya kandungan proteinnya. Varietas ini menawarkan persentase protein yang lebih tinggi serta lebih banyak lisin dan triptofan, menjadikannya sumber protein makanan yang lebih baik. QPM sekarang digunakan dalam produksi jagung di seluruh dunia dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengenalannya telah membantu mengurangi kejadian kekurangan gizi dan kekurangan vitamin di beberapa bagian Afrika dan Amerika Latin.