Hipnosis adalah keadaan kesadaran yang berubah yang mungkin menyerupai tidur tetapi diinduksi secara artifisial. Paling sering, hipnosis terjadi selama hipnoterapi, di mana penghipnotis akan menggunakan sugesti untuk membantu pasien mengeksplorasi ingatan, pikiran, dan ide yang tertekan. Beberapa orang juga berlatih self-hypnosis. Terlepas dari kenyataan bahwa seseorang yang mengalami hipnosis tampak rileks dan mungkin mengalami kondisi mental yang mirip dengan tidur, otak selama hipnosis tetap aktif seolah-olah orang tersebut benar-benar terjaga.
Para peneliti telah menemukan bahwa selama hipnosis, otak mampu memusatkan perhatian secara mendalam. Pikiran acak atau spontan lebih kecil kemungkinannya terjadi pada orang yang sedang menjalani hipnoterapi. Demikian juga, otak lebih rentan terhadap sugesti. Ini berarti bahwa seseorang yang menjalani hipnosis lebih mungkin untuk mengikuti perintah dari orang yang melakukan hipnosis dan kemungkinan setelah prosedur akan dipengaruhi oleh ide dan perilaku yang dibahas saat dia dihipnotis.
Sebuah teori tentang apa yang terjadi pada otak selama hipnosis menganggap komunikasi di antara sistem kognitif otak. Sistem kognitif adalah sistem yang memungkinkan orang untuk memproses informasi, mengkategorikan informasi, dan membuat asosiasi. Para peneliti yang percaya bahwa komunikasi di antara sistem kognitif otak terganggu menunjukkan sejumlah efek mental hipnosis sebagai bukti. Misalnya, banyak orang yang menjalani hipnosis melaporkan adanya perasaan tidak terikat dan berkurangnya pemikiran spontan.
Ada banyak perdebatan mengenai efek fisik atau neurologis yang terjadi di otak selama hipnosis. Beberapa spesialis percaya bahwa lobus frontal memainkan peran penting dalam menciptakan keadaan kesadaran yang berubah ini. Lobus frontal adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mengatur tindakan yang disengaja. Karena hipnosis mengharuskan seseorang untuk berpartisipasi dalam tindakan yang tidak disengaja, banyak spesialis berteori bahwa fungsi lobus frontal melemah atau diubah dengan cara lain.
Meskipun tidak ada bukti konklusif bahwa ada perubahan neurologis yang terjadi di otak selama hipnosis, banyak ahli teori telah mengusulkan berbagai ide yang digunakan untuk menggambarkan prosedur hipnosis. Salah satu teori yang populer adalah teori informasi. Ide ini menyatakan bahwa penghipnotis mampu menghipnotis individu dengan meningkatkan rasio signal-to-noise. Dengan kata lain, penghipnotis mengurangi kehadiran pikiran, suara, dan objek yang mengganggu untuk membuat pesan sugestif lebih mudah diterima.
Teori lain yang populer untuk menggambarkan otak selama hipnosis adalah teori sistem. Ide ini didasarkan pada aktivitas sistem saraf individu yang menjalani hipnosis. Penghipnotis, menurut teori ini, mengurangi atau meningkatkan aktivitas berbagai subsistem dalam sistem saraf pasien.