Apa yang Dirasakan Pengerahan Tenaga?

Pengerahan tenaga yang dirasakan mengacu pada penilaian subjektif dari upaya yang dilakukan selama latihan. Ketika berhadapan dengan kualitas subjektif, seperti pengerahan tenaga, rasa sakit, atau penyakit, mungkin sulit bagi satu orang untuk secara akurat menilai persepsi orang lain. Namun, selama pengujian medis dan evaluasi kebugaran, komunikasi semacam itu mungkin diperlukan. Untuk alasan ini, seringkali berguna untuk mengadopsi skala standar untuk menggambarkan persepsi pribadi tentang usaha dan kelelahan. Cara paling umum untuk mengekspresikan pengerahan tenaga yang dirasakan adalah skala Borg, sistem peringkat bertingkat mulai dari enam hingga 20.

Skala Borg Ratings of Perceived Exertion (RPE) dikembangkan pada 1950-an oleh Psikolog Swedia Gunnar Borg untuk mengatasi masalah komunikasi dokter-klien. Dengan maksud menciptakan skala akurat yang dapat ditransfer di antara berbagai individu dan tugas, Borg mengembangkan skala persepsi untuk pengerahan tenaga dan rasa sakit. Saat ini, skala Borg RPE banyak digunakan di antara dokter, pelatih pribadi, dan profesional rehabilitasi untuk berkomunikasi dengan pasien dan klien selama evaluasi fisik.

Angka yang digunakan dalam skala Borg RPE berkorelasi baik dengan detak jantung maupun dengan deskripsi verbal. Secara umum, peringkat pengerahan tenaga yang dirasakan sama dengan sepersepuluh detak jantung klien. Saat istirahat, detak jantung rata-rata biasanya sekitar 70, dengan nilai RPE yang sesuai tujuh. Menggunakan deskripsi verbal yang menyertainya, pengerahan tenaga yang dirasakan akan digambarkan sebagai ‘sangat ringan.’

Di ujung lain skala, klien yang bekerja keras di treadmill mungkin memiliki detak jantung 170. Dalam hal ini, nilai RPE yang sesuai adalah 17, dengan deskripsi verbal ‘sangat keras’. Tingkat tertinggi dari pengerahan tenaga yang dirasakan, 20, digambarkan sebagai ‘pengerahan maksimal,’ dan biasanya hanya dicapai dalam keadaan terkendali dengan individu yang sangat bugar. Untuk sebagian besar program pelatihan, nilai RPE sembilan hingga 12 menunjukkan tingkat intensitas yang aman dan efektif.

Idealnya, untuk mengoptimalkan akurasi skala RPE, sesi awal akan melibatkan klien dan fasilitator yang bekerja sama dengan bantuan monitor detak jantung. Monitor detak jantung memberikan umpan balik segera, akurat, dan berkelanjutan mengenai intensitas latihan, dan skala RPE menyediakan alat untuk mengomunikasikan dan mengkategorikan persepsi pribadi yang menyertai tingkat detak jantung. Seiring waktu, klien harus menjadi cukup nyaman dengan skala untuk dengan mudah mengomunikasikan tingkat pengerahan tenaga kepada fasilitator.

Menggabungkan pemantauan detak jantung dengan penggunaan skala RPE dapat meningkatkan kesadaran tentang bagaimana tubuh merespons olahraga. Berbekal pengetahuan ini, menjadi lebih mudah untuk mencapai dan mempertahankan intensitas latihan target berdasarkan tujuan tertentu. Lebih penting lagi, pemahaman konkret tentang batas aktivitas pribadi akan mengurangi risiko bahaya yang terkait dengan aktivitas berlebihan selama berolahraga.