Pemula roti, juga biasa disebut spons, preferensi, atau adonan ibu, adalah campuran tepung, air, dan ragi yang dibeli di toko atau alami yang ditambahkan ke adonan roti untuk meningkatkan rasa dan teksturnya. Bagi pembuat roti yang tidak berpengalaman yang menganggap konsep membuat starter roti menakutkan, beberapa tips dapat membantu mengungkap prosesnya. Pertama-tama, pembuat roti harus menyadari bahwa starter membutuhkan periode fermentasi yang cukup lama. Selain itu, penting untuk mengetahui perbedaan antara jenis starter yang paling umum. Terakhir, pembuat roti harus memantau starter roti mereka untuk memastikan bahwa roti tidak terlalu matang.
Salah satu hal terpenting yang harus dipahami tentang menyiapkan starter roti adalah prosesnya yang memakan waktu. Minimal, starter mungkin membutuhkan setidaknya 12 jam waktu pematangan, sementara banyak starter penghuni pertama harus berumur lebih dari seminggu. Dengan kata lain, membuat roti yang mengandung starter membutuhkan banyak pemikiran. Meskipun ini mungkin tampak seperti usaha yang berlebihan untuk suatu produk yang benar-benar akan habis pada akhirnya, pembuat roti ahli memastikan bahwa reaksi kimia yang telah terjadi dalam starter yang benar-benar matang diterjemahkan menjadi roti dengan rasa dan tekstur yang tidak dapat ditandingi oleh roti. resep lebih cepat.
Terlepas dari kenyataan bahwa masing-masing terdiri dari air, tepung, dan ragi, roti yang paling umum digunakan cenderung menghasilkan hasil yang berbeda. Oleh karena itu, penting juga untuk mengetahui perbedaan antara jenis starter yang paling umum: biga, poolish, dan starter penghuni pertama. Sebuah biga mengandung lebih banyak tepung daripada air, menghasilkan starter kering yang pada akhirnya menghasilkan roti yang lapang seperti ciabatta. Poolish adalah starter yang agak “basah”, melar yang mengandung tepung dan air dalam jumlah yang sama, dan yang ideal untuk membuat roti padat. Sourdough starter biasanya dibuat dengan membiarkan ragi alami mengkolonisasi campuran starter, menghasilkan roti dengan rasa asam yang unik.
Akhirnya, pembuat roti harus memantau starter mereka untuk memastikan bahwa itu tidak terlalu matang. Ini karena starter roti yang dibiarkan terlalu lama cenderung kehilangan glutennya, protein yang memberi adonan elastisitasnya. Tanpa gluten ini, adonan yang ditambahkan starter mungkin tidak dapat mempertahankan bentuknya dengan baik. Saat berkembang, starter roti akan berbusa, menyebabkannya naik. Starter harus digunakan sebelum busa ini pecah, suatu peristiwa yang menunjukkan bahwa campuran tidak lagi mengandung gluten yang cukup.