Apa Tanda Reaksi Alergi terhadap Aspirin?

Reaksi alergi terhadap aspirin sangat tergantung pada sensitivitas individu. Tanda-tanda ringan dari reaksi alergi terhadap aspirin mungkin termasuk ruam kulit lokal atau menyebar luas, kemacetan sinus, gatal-gatal, atau pembengkakan di wajah, tangan dan kaki. Reaksi alergi yang lebih parah terhadap aspirin mungkin termasuk mengi, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, perubahan warna kulit, ketidaksadaran, kegagalan organ, anafilaksis, dan kematian.

Mengenali reaksi alergi terhadap aspirin mungkin terbukti sulit. Tidak seperti alergi lain yang dapat diperiksa untuk antibodi alergi di laboratorium, pasien tidak menghasilkan antibodi untuk reaksi alergi terhadap aspirin. Umumnya, seseorang tidak mengetahui bahwa dia alergi terhadap aspirin sampai mengalami reaksi dari penggunaan obat tersebut.

Mengobati reaksi alergi terhadap aspirin biasanya memerlukan intervensi medis segera. Seorang dokter dapat memberikan suntikan epinefrin atau antihistamin untuk mengurangi pembengkakan. Terapi oksigen mungkin diperlukan untuk pasien dengan gangguan pernapasan.

Jalan terbaik untuk menghindari reaksi alergi terhadap aspirin adalah pencegahan. Salisilat adalah bahan umum dalam banyak makanan dan rempah-rempah, termasuk stroberi, alpukat, jamur, lobak, mint, spearmint, dan kacang-kacangan. Resep dan produk yang dijual bebas juga mengandung salisilat, termasuk krim pereda nyeri otot, tabir surya, ibuprofen, dan naproxen. Acetaminophen tidak mengandung salisilat dan seringkali merupakan obat penghilang rasa sakit pilihan untuk penderita alergi.

Aspirin berasal dari kulit pohon willow. Orang Yunani kuno dan penduduk asli Amerika menemukan bahwa mengunyah ranting pohon willow membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan. Willow mengandung salisin, dari mana asam asetilsalisilat, atau aspirin, berasal. Beberapa individu alergi terhadap salisin dalam aspirin.

Felix Hoffman, seorang ahli kimia Jerman yang bekerja untuk Friedrich Bayer and Company, awalnya mengembangkan prekursor aspirin — asam salisilat. Asam terbukti terlalu menyakitkan untuk saluran pencernaan manusia, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, pembengkakan dan pendarahan. Hoffman mengembangkan metode untuk menetralkan asam, yang disebut asam asetilsalisilat kimia barunya. Pada tahun 1899, perusahaan Bayer mengembangkan bahan kimia tersebut menjadi pil dan menamakannya aspirin.

Sementara asam dalam aspirin sangat dinetralisir dari menyebabkan efek samping, pasien dengan saluran pencernaan yang sensitif mungkin masih mengalami ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan umum termasuk memar, nyeri saluran pencernaan, dan pendarahan perut. Gejala-gejala ini, bagaimanapun, adalah efek samping yang umum dan tidak dianggap sebagai alergi terhadap obat.