Apa saja Jenis Terapi Desensitisasi yang Berbeda?

Dua jenis utama terapi desensitisasi yang umum digunakan. Dalam desensitisasi sistematis, pasien yang menderita kecemasan, fobia, atau kondisi terkait secara bertahap terkena rangsangan yang menimbulkan respons rasa takut, dengan tujuan mengurangi respons rasa takut itu dari waktu ke waktu. Variasi terapi desensitisasi yang lebih baru, dan masih agak kontroversial, bergantung pada gerakan mata yang cepat untuk secara bertahap memprogram ulang respons otak terhadap rangsangan tertentu.

Terapi desensitisasi sistematis pada awalnya dikembangkan sebagai pengobatan untuk pasien yang menderita ketakutan irasional. Ketakutan yang tidak berdasar pada kegelapan, ular, laba-laba, keramaian, ketinggian, ruang tertutup, dan banyak rangsangan lain yang relatif biasa relatif umum. Ketakutan ini dapat sangat membatasi kemampuan pasien untuk berinteraksi secara tepat dengan dunia.

Seorang pasien akan sering menghadapi stimulus, mengalami ketakutan, membiarkan ketakutan itu mendikte tindakannya, lari dari stimulus, dan kemudian merasa lega. Proses siklus ini cenderung memperkuat fobia dan rasa lega yang dirasakan saat melarikan diri dari stimulus. Pada pasien yang tidak diobati, proses ini dapat menyebabkan fobia dan kecemasan menjadi lebih dalam dari waktu ke waktu.

Terapi desensitisasi berusaha untuk memutus siklus ini. Pasien diinstruksikan dalam teknik untuk mengelola sejumlah kecil ketakutan dan kecemasan. Mereka kemudian terkena rangsangan yang sangat kecil, seperti laba-laba di kejauhan dalam kotak plastik, atau pencahayaan ruangan yang sedikit diturunkan. Rangsangan ini membangkitkan respons ketakutan ringan Pasien menahan keinginan untuk melarikan diri, menghadapi ketakutan mereka, dan secara bertahap menjadi nyaman dengan rangsangan ringan.

Setelah pasien berhasil mengatasi satu tingkat stimulus ketakutan, proses tersebut diulangi dengan stimulus yang lebih kuat. Kotak laba-laba mungkin dipindahkan lebih dekat ke pasien, atau pencahayaan turun lebih drastis. Seorang pasien akan kembali merasa takut, tetapi jika terapi dikelola dengan hati-hati, tidak terlalu takut sehingga dia panik. Teknik manajemen ketakutan kemudian dapat digunakan pada rangsangan ketakutan baru yang lebih dramatis. Terapi ini dirancang untuk membuat pasien nyaman bahkan dengan rangsangan besar dari waktu ke waktu.

Desensitisasi gerakan mata dan terapi pemrosesan ulang adalah jenis terapi desensitisasi yang berbeda. Terapi khusus ini mencoba memprogram ulang sebagian otak, untuk memungkinkan pasien memproses dan menguasai ingatan traumatis. Ini digunakan sebagian besar untuk mengobati gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Terapi EMDR menggunakan rangsangan visual, seperti objek yang bergerak cepat, untuk mengalihkan perhatian otak selama diskusi tentang memori yang menyakitkan. Fungsi yang tepat dari terapi ini tidak dipahami, tetapi diyakini mengganggu fiksasi otak yang tidak sehat pada momen atau pengalaman tertentu. Seiring waktu, pasien yang menjalani berbagai terapi ini diajarkan untuk mengganti ingatan dan pikiran yang menyakitkan dan negatif dengan gambaran dan pikiran positif.

Jenis terapi desensitisasi tambahan bersifat biologis, bukan psikologis. Terapi ini mengobati alergi dengan memaparkan pasien secara bertahap ke alergen dosis yang lebih besar dan lebih besar. Pada waktunya, proses ini mengurangi respons histamin tubuh terhadap alergen, dengan cara yang sama seperti desensitisasi sistematis mengurangi respons otak terhadap rangsangan rasa takut.