Ada beberapa jenis feromon wanita, yaitu hormon yang terkait dengan respons alami yang diterima wanita dari lawan jenis. Perubahan sikap dan tanggapan lawan jenis menentukan jenis feromon yang diaktifkan. Feromon ketertarikan dan seleksi pasangan melibatkan stimulasi indra fisiologis yang dapat mengarah pada kompatibilitas. Feromon wanita tidak berbau namun diyakini terkait dengan hasrat seksual antara pria dan wanita. Kebutuhan untuk berkembang biak dan melindungi spesies manusia menyebabkan betina mengeluarkan feromon yang umumnya paling terlihat selama ovulasi.
Feromon wanita dilepaskan melalui kulit dari cairan tubuh seperti keringat dan cairan vagina. Dikenal sebagai copulins, tubuh manusia mengeluarkan bau tak kasat mata bersama dengan sekresi yang dapat menyebabkan ketertarikan dan seleksi pasangan. Respon biologis atau perilaku terjadi pada beberapa pria yang menghirup feromon pada wanita.
Menariknya, meski hormon-hormon ini tidak berbau, diyakini bahwa otak manusia terhubung untuk mendeteksi aroma feromon. Koneksi dibuat ketika otak secara tidak sadar mengenali bau hormon. Menurut penelitian, area yang sama di otak yang mengontrol emosi dan suasana hati manusia adalah yang mendeteksi feromon.
Dengan tanpa disadari menghirup copulin, tingkat testosteron pada beberapa pria meningkat secara eksponensial dan ketertarikan pada wanita berkembang. Wanita memiliki aroma individu, yang merangsang otak pria dan dapat menyebabkan respons subjektif dari pria. Ini berarti bahwa ketertarikan tidak dijamin hanya karena pria itu merasakan kehadiran feromon. Feromon lebih berkaitan dengan naluri dasar daripada fitur fisik orang tersebut.
Dalam beberapa situasi, feromon wanita menimbulkan hasrat seksual antara pria dan wanita. Diyakini bahwa dorongan seksual dipicu ketika seorang wanita memancarkan feromon yang menarik bagi pria. Feromon seks juga mengubah tindakan pada pria dan wanita yang dapat menyebabkan ketertarikan seksual. Beberapa produsen pasar parfum dan semprotan tubuh dengan feromon yang seharusnya meningkatkan hasrat seksual pria untuk wanita. Ada penelitian ilmiah yang terbatas untuk membuktikan klaim ini.
Umumnya paling menonjol selama periode ovulasi wanita, feromon wanita juga diyakini dapat memicu keinginan wanita untuk kawin. Ilmu pengetahuan tetap skeptis tentang hubungan yang tepat antara feromon dan kesuburan. Beberapa penelitian mengungkapkan penggunaan feromon betina untuk pemilihan pasangan dominan, yang dapat mengarah pada kemungkinan memiliki bayi sehat yang mampu bertahan hidup.