Apa saja Jenis Bullying di Sekolah Menengah Atas?

Penindasan di sekolah menengah adalah jenis pelecehan berulang yang umumnya bersifat fisik, seksual, atau homofobik. Bisa juga secara emosional, verbal, atau dilakukan melalui internet atau melalui ponsel, yang dikenal sebagai cyber bullying. Kata-kata pengganggu sekolah menengah sering mengingatkan pengganggu stereotip yang mendorong teman sekelas yang lebih kecil ke loker atau tong sampah, tetapi intimidasi sering kali lebih dari sekadar interaksi fisik. Gosip, pelecehan verbal, dan pesan teks yang melibatkan komentar menyakitkan atau tidak pantas kepada teman sekelas adalah semua bentuk intimidasi yang terjadi setiap hari di sekolah menengah. Banyak praremaja dan remaja mulai melakukan intimidasi selama sekolah menengah, terkadang tidak menyadari bahwa tindakan mereka kasar dan sering dianggap sebagai kejahatan.

Penindasan fisik di sekolah menengah dapat mencakup pelecehan stereotip yang sering terlihat dalam film komedi dan komedi situasi, seperti wedgies, cedera fisik, dan mencuri uang atau barang. Dorongan, lelucon jahat, dan de-panting seseorang juga termasuk dalam intimidasi fisik. Sementara tindakan pelecehan ini cenderung ringan di layar, mereka dapat—dan sering kali terjadi—menyebabkan trauma psikologis dan perasaan depresi dan penghinaan ketika dilakukan di dunia nyata.

Penindasan seksual dapat berupa fisik atau non-fisik, dan baik praremaja maupun remaja berisiko di sekolah. Jenis intimidasi di sekolah menengah ini dapat melibatkan meraba-raba, penggunaan bahasa yang menghina secara seksual, dan paksaan atau bujukan untuk melakukan sesuatu yang seksual. Penindasan seksual dapat menjadi traumatis bagi siswa yang mengalaminya secara langsung dan mereka yang menyaksikannya.

Bullying homophobic mencakup semua bentuk bullying lainnya, seperti fisik, seksual, dan cyber, yang dilakukan karena orientasi seksual korban. Korban mungkin dibuat merasa tidak diinginkan atau dilecehkan untuk mengubah orientasi seksualnya karena keyakinan pribadi atau agama pelaku intimidasi. Guru mungkin juga mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap orientasi siswa dan sebaliknya.

Pelecehan emosional dan verbal sangat umum di sekolah menengah. Bullying verbal di sekolah menengah biasanya terdiri dari bahasa kasar atau komentar negatif pada pakaian atau tubuh seseorang. Bullying emosional di sekolah menengah, bagaimanapun, dapat berarti memberi seseorang perlakuan diam, menyebarkan desas-desus yang tidak pantas atau tidak baik, dan dengan sengaja memprovokasi orang lain dengan berbisik atau tertawa di depan mereka. Tindakan pencabulan yang berulang ini tidak dilakukan semata-mata atau bahkan terutama oleh siswa laki-laki. Anak perempuan yang melakukan intimidasi terhadap teman sekelas perempuan lainnya juga umum dilakukan melalui penggunaan gosip, intimidasi online, dan konfrontasi fisik.