Apa Pro dan Kontra Memerlukan Seragam Sekolah?

Sementara seragam sekolah telah berhasil diterapkan oleh sekolah swasta dan paroki selama beberapa dekade, sistem sekolah umum memiliki hasil yang sangat bervariasi dalam menerapkan program seragam dalam skala besar. Kadang-kadang, administrator sekolah berhasil dalam pencarian mereka untuk aturan berpakaian yang ketat tetapi dapat diterapkan, tetapi di lain waktu, mereka dihadapkan dengan oposisi vokal yang terdiri dari orang tua dan siswa yang tidak mendukung pembatasan institusional tersebut. Ada sejumlah pro dan kontra yang mengharuskan seragam sekolah, meskipun keputusan akhir untuk menerapkan program semacam itu umumnya diserahkan kepada administrator sistem sekolah tingkat yang lebih tinggi.

Salah satu keuntungan dari seragam adalah penanaman rasa tujuan. Ketika seorang siswa individu mengenakan seragam sekolah, dia sering merasakan rasa persatuan yang lebih kuat dengan teman sekelas lainnya. Pakaian memberikan rasa identitas dengan sesuatu yang lebih besar dari individu. Mengenakan seragam sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan etos kerja yang lebih kuat, karena mereka lebih sadar akan peran yang diharapkan untuk mereka mainkan saat berseragam.

Kerugian dari keseragaman tujuan ini adalah ketakutan akan kesesuaian yang tidak berarti. Siswa, khususnya remaja, sering kali sangat menyadari kekuatan seragam di “dunia nyata”. Meskipun mereka dapat menciptakan rasa persatuan yang positif, mereka juga dapat menyiratkan pengorbanan individualitas untuk mentalitas kelompok. Persyaratan seragam dapat membuat beberapa siswa merasa tertekan atau kurang dihormati sebagai individu. Beberapa siswa yang sangat sensitif mungkin merasa lebih tergoda untuk putus sekolah sepenuhnya daripada menyetujui penyesuaian yang tampaknya tidak masuk akal.

Aspek positif lain dari seragam sekolah adalah pemerataan sosial. Ketika lapangan bermain sosial menjadi lebih merata, lingkungan pendidikan juga sering diuntungkan. Jika setiap orang diharuskan mengenakan pakaian yang sama, siswa terkaya dan siswa termiskin di kelas memiliki pijakan yang sama. Seragam standar mencegah pengucilan sosial berdasarkan cara berpakaian siswa. Siswa dari latar belakang ekonomi yang lebih rendah mungkin akan menghadapi godaan yang jauh lebih sedikit dari siswa yang lebih kaya jika semua orang berpakaian sama.

Sayangnya, bahkan ketika semua orang berpakaian sama, tidak mungkin semua siswa di sekolah akan memperlakukan satu sama lain secara setara. Siswa, khususnya remaja, sering kali sangat menyadari status sosial orang lain, dan kebijakan seragam sekolah seringkali tidak menjadi obat mujarab untuk semua tantangan sosial yang mungkin dihadapi siswa. Siswa masih bisa membentuk geng dan kelompok sosial berdasarkan faktor lain selain seragam. Insiden intimidasi dan pengucilan sosial tidak serta merta dapat dikurangi secara signifikan dengan penerapan seragam saja.

Seragam sekolah dapat menjadi keuntungan finansial bagi orang tua, karena mereka tidak diwajibkan untuk membeli pakaian yang modis atau mahal untuk kebutuhan pendidikan anak mereka. Sekolah yang menerapkan kebijakan seragam sekolah seringkali memberikan voucher untuk pembelian minimal dua baju lengkap. Keputusan yang memakan waktu tentang apa yang harus dikenakan seorang anak ke sekolah setiap pagi juga akan dihilangkan. Elemen individu dari seragam sekolah yang khas mungkin jauh lebih murah untuk dibeli atau diganti daripada mode kelas atas yang disukai oleh banyak anak usia sekolah.

Namun, untuk keluarga tertentu, seragam sekolah yang diwajibkan dapat menimbulkan beberapa kesulitan. Dua seragam harus dipakai lima hari seminggu, yang berarti harus dicuci lebih sering daripada pakaian biasa yang dikenakan di luar sekolah. Beberapa keluarga tanpa fasilitas binatu di rumah mereka mungkin tidak memiliki sarana untuk melakukan perjalanan tambahan ke binatu komersial, atau kemampuan finansial untuk memperbaiki atau mengganti komponen seragam yang rusak atau tidak pas. Beberapa siswa mungkin mendapati diri mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengenakan seragam sekolah yang kurang asli, yang dapat memicu pengucilan sosial yang seolah-olah dirancang untuk dicegah oleh seragam tersebut.

Di atas kertas, persyaratan seragam seringkali terdengar sangat menjanjikan, tetapi kenyataannya, hasilnya sangat beragam. Beberapa sistem sekolah umum telah melihat perbaikan yang signifikan sejak menerapkan program seragam sekolah, sementara yang lain telah menemukan bahwa penegakan kebijakan bisa sangat menantang dalam jangka panjang. Alih-alih mewajibkan seragam sekolah, beberapa sistem sekolah mempertimbangkan alternatif lain, seperti kelas sesama jenis dan kelas “tanpa kelas” di mana siswa didorong untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri sebagai pengganti promosi otomatis ke nilai yang lebih tinggi.