Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang disebabkan oleh peristiwa traumatis. Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR) adalah pengobatan untuk PTSD yang dikembangkan oleh Francine Shapiro, seorang psikoterapis yang menangani pasien yang menderita PTSD. EMDR untuk PTSD adalah pengobatan yang banyak digunakan. Pro EMDR umumnya dianggap efektivitas dan kecepatan dalam mengobati PTSD, sedangkan kontra utama adalah kenangan traumatis dan emosi sulit yang mungkin dikeruk.
PTSD dapat dipicu oleh peristiwa traumatis apa pun, dan orang yang berbeda memiliki ambang batas yang berbeda sejauh apa yang merupakan trauma. Tentara yang kembali dari perang dan orang-orang yang selamat dari pemerkosaan adalah dua populasi utama orang yang terkena PTSD. Gejala PTSD termasuk gejala hiper waspada seperti mudah terkejut, cemas, depresi, dan menghidupkan kembali peristiwa traumatis melalui kilas balik atau mimpi buruk.
EMDR untuk PTSD bekerja dengan membuat seseorang mengalami kembali trauma sambil juga memperhatikan stimulus eksternal yang bergerak maju mundur dari sisi kanan ke kiri tubuh. Pendukung EMDR untuk PTSD mengklaim bahwa gerakan mata dari kiri ke kanan selama pemrosesan ulang trauma merupakan bagian penting dari perawatan. Beberapa penelitian menunjukkan, bagaimanapun, jenis trauma yang dialami kembali di tempat yang aman dengan bimbingan terapis sama efektifnya tanpa gerakan mata.
Pro dan kontra dari EMDR dapat bervariasi dari orang ke orang. EMDR sangat efektif bagi banyak orang dalam meredakan gejala PTSD, dan terkadang dapat bekerja pada gangguan kecemasan lain seperti fobia. EMDR juga merupakan pengobatan yang relatif cepat, berlangsung selama sekitar 12 minggu, namun, beberapa orang melihat perbaikan gejala segera setelah dua minggu setelah pengobatan dimulai.
EMDR untuk PTSD juga memiliki beberapa kekurangan. Selama EMDR, seseorang mengalami kembali peristiwa traumatis yang memicu PTSD. Ini bisa menjadi proses yang penuh tekanan dan emosional, meskipun terapis hadir untuk membantu seseorang mengelola emosi ini. Perasaan traumatis dapat bertahan setelah sesi selesai dan mengganggu aspek lain dari kehidupan seseorang.
Tidak jelas apakah EMDR untuk PTSD efektif karena gerakan mata yang terlibat atau hanya karena paparan peristiwa traumatis di tempat yang aman dengan bimbingan terapis. Namun, gerakan mata belum terbukti berbahaya. Setiap orang akan membutuhkan perawatan untuk PTSD yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifiknya, dan berkonsultasi dengan terapis dapat membantu seseorang mengevaluasi pro dan kontra dari perawatan apa pun.