Peristiwa kepunahan Kapur–Tersier adalah kepunahan massal yang terjadi sekitar 65.5 juta tahun yang lalu, memusnahkan sejumlah besar spesies di Bumi. Perkiraan tingkat keparahan peristiwa tersebut bervariasi, dengan beberapa ahli biologi menunjukkan bahwa sebanyak 85% spesies tumbuhan dan hewan mungkin telah hilang selama periode ini dalam sejarah Bumi. Perkiraan lain lebih konservatif, tetapi masih cukup luar biasa.
Di antara masyarakat awam, peristiwa kepunahan Kapur–Tersier mungkin paling menonjol karena menandai berakhirnya dinosaurus. Namun, banyak organisme lain yang hilang, termasuk berbagai macam hewan laut. Dalam arti tertentu, hal itu membuka peluang bagi munculnya burung dan mamalia, yang muncul dari peristiwa tersebut sebagian besar tanpa cedera, seperti halnya jamur dan pakis, yang mengalami kebangkitan penting setelah peristiwa kepunahan Kapur–Tersier.
Bagi ahli geologi, peristiwa kepunahan Kapur–Tersier sangat mudah diidentifikasi, karena meninggalkan pita khas yang dikenal sebagai batas KT. Batas KT terjadi di seluruh Bumi dan di berbagai endapan batuan, menunjukkan bahwa apa pun yang menyebabkan peristiwa kepunahan Kapur–Tersier, itu tersebar luas, tanpa meninggalkan sudut Bumi yang tidak tersentuh. Studi tentang batas KT juga mengungkapkan ciri khas mineral, dan seringkali batuan di atas dan di bawah pita sangat berbeda.
Penyebab peristiwa kepunahan Kapur-Tersier adalah subjek dari beberapa perdebatan di antara para ilmuwan, dan mungkin tidak akan pernah sepenuhnya terselesaikan. Beberapa berpendapat bahwa itu disebabkan oleh serangkaian bencana, seperti letusan gunung berapi, tabrakan meteor, dan supernova yang secara dramatis mengubah iklim Bumi, menyebabkan kematian yang meluas di antara organisme yang tidak dapat bertahan hidup di iklim Bumi yang berubah secara radikal. Beberapa bukti geologis memang mendukung teori ini, dengan beberapa kawah meteor besar di seluruh dunia berasal dari periode waktu yang tepat.
Yang lain percaya bahwa peristiwa itu lebih bertahap, meskipun mereka juga mengaitkannya dengan perubahan iklim. Ini mungkin disebabkan, misalnya, oleh perubahan radikal di permukaan laut, yang akan mengubah lingkungan Bumi. Teori ini juga didukung, karena bukti fosil menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati sudah menurun sebelum peristiwa kepunahan Kapur–Tersier, dan terbatasnya jumlah fosil yang tersedia untuk dipelajari membuat sulit untuk secara tepat menentukan jumlah waktu yang terlibat dalam kepunahan massal bersejarah ini. .