Apa Perbedaan Penggunaan Personifikasi?

Personifikasi adalah perangkat sastra di mana karakteristik dan kualitas manusia dianggap berasal dari hewan, objek, ide, atau konsep. Penulis menemukan banyak kegunaan personifikasi ketika menulis prosa dan puisi, dan kebanyakan orang menggunakan personifikasi dalam percakapan sehari-hari tanpa menyadarinya. Salah satu cara untuk menggunakan personifikasi adalah dengan menggunakan sesuatu yang nyata untuk mewakili sesuatu yang tidak berwujud, seperti menggunakan badai untuk mewakili kemarahan, atau situasi kacau. Karakteristik dan emosi manusia juga dapat diberikan pada hal-hal yang tidak berwujud untuk membantu membuatnya lebih mudah untuk dipahami atau dipahami. Demam yang tidak kunjung reda mungkin digambarkan sebagai keras kepala atau keras kepala, sedangkan keadilan sering digambarkan sebagai buta.

Dalam personifikasi, beberapa atribut atau emosi manusia diberikan kepada makhluk non-manusia, benda mati, atau konsep atau ide yang tidak berwujud. Personifikasi digunakan dalam banyak jenis sastra, terutama dalam puisi. Seorang penulis prosa, baik fiksi maupun nonfiksi, mungkin juga menggunakan personifikasi untuk lebih menggambarkan pemikiran, gagasan, dan pendapatnya kepada pembacanya. Pemberian sifat manusiawi kepada makhluk bukan manusia atau benda mati merupakan salah satu kegunaan personifikasi yang dapat membantu pembaca lebih mudah menggambarkan suatu konsep dalam benaknya. Mempersonifikasikan suatu konsep atau ide dapat membantu pembaca memahaminya dengan lebih baik.

Salah satu kegunaan utama personifikasi adalah dalam metafora, di mana sesuatu yang nyata digunakan untuk mewakili sesuatu yang tidak berwujud. Dengan mempersonifikasikan yang tidak berwujud, ia mengambil semacam kehidupan di benak pembaca atau pendengar. Seseorang mungkin menggambarkan pengalaman buruk sebagai mimpi buruk, atau seperti naik roller coaster. Badai dapat digambarkan sebagai anak yang marah membuat ulah, berteriak dan menjerit dan melemparkan barang-barang. Kematian sering dipersonifikasikan sebagai malaikat maut, sosok berjubah menakutkan yang membawa sabit yang tugasnya membawa jiwa orang mati ke alam baka.

Kegunaan lain dari personifikasi adalah menggambarkan ide-ide yang tidak berwujud. Keadilan kadang-kadang digambarkan sebagai buta, artinya melihat hal-hal masa lalu seperti ras, kekayaan, dan status sosial dan hanya “melihat” kebenaran dari situasi tertentu. Aliran sungai yang deras dapat digambarkan sebagai tidak sabar, karena seolah-olah berpacu untuk mencapai tempat yang diinginkannya. Banyak puisi, lagu, dan cerita menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang bodoh karena logika dan akal sehat tampaknya tidak berperan dalam menentukan siapa yang akan membuat seseorang jatuh cinta.