Apa Perbedaan Metode Pengukuran Pertumbuhan Keuangan?

Pertumbuhan keuangan diukur menurut perubahan nilai produk dan jasa manufaktur perekonomian, tingkat inflasi, perubahan jumlah uang beredar, dan tingkat suku bunga. Produk domestik bruto (PDB), yang menggabungkan beberapa komponen makroekonomi dan pasar keuangan, diukur dalam bentuk PDB nominal dan riil. Persentase perubahan jumlah produk dan jasa manufaktur dari satu tahun ke tahun berikutnya menunjukkan PDB riil, yang identik dengan tingkat pertumbuhan ekonomi makro.

Produk domestik bruto adalah metode utama untuk mengukur pertumbuhan keuangan suatu negara. Ini memperhitungkan pengeluaran konsumen, investasi yang dilakukan oleh perusahaan dan pengeluaran pemerintah. PDB juga memasukkan ekspor bersih suatu negara, yang dihitung dengan mengurangkan total impor dari total ekspor. Hasil akhirnya adalah nilai pasar moneter dari seluruh perekonomian suatu negara.

Pertumbuhan PDB diukur dengan menghitung persentase kenaikan atau penurunan jumlah produk dan jasa manufaktur dari tahun acuan ke tahun berjalan. Misalnya, jika pemerintah suatu negara ingin menentukan jumlah pertumbuhan keuangan yang terjadi dalam sepuluh tahun, pertama-tama mereka akan mengurangkan jumlah tahun terakhir dari jumlah yang dilaporkan sepuluh tahun lalu. Angka ini kemudian akan dibagi dengan jumlah total tahun terakhir untuk menentukan persentase atau tingkat pertumbuhan. Pengukuran tersebut mencerminkan apakah nilai ekonomi suatu negara sedang mengalami pertumbuhan dan pada tingkat berapa itu terjadi, dengan asumsi bahwa harga rata-rata tetap sama.

Tingkat inflasi suatu negara secara langsung terkait dengan perubahan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Ini setara dengan tingkat pertumbuhan uang yang ditambahkan ke perubahan jumlah yang dikurangi dari output. Tingkat inflasi yang rendah dapat menunjukkan bahwa nilai pasar produk dan jasa manufaktur suatu perekonomian meningkat secara substansial. Inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar ekonomi meningkat secara substansial sebagai akibat dari nilai pasar yang lebih tinggi dari barang dan jasa yang diproduksi negara.

Suku bunga digunakan untuk mengukur dan mengontrol pertumbuhan keuangan. Dalam resesi ekonomi, bank sentral pemerintah memiliki kemampuan untuk menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman bank, belanja konsumen dan peningkatan suplai uang perekonomian. Suku bunga yang lebih rendah cenderung merangsang pertumbuhan keuangan, tetapi menghasilkan pengembalian investasi jangka pendek yang lebih rendah untuk saham, obligasi, dan rekening tabungan. Suku bunga cadangan nasional dinaikkan untuk menahan inflasi dan membiayai pertumbuhan dengan mendorong penurunan tingkat harga rata-rata. Menaikkan suku bunga juga mendorong penurunan jumlah uang beredar dan menghambat pinjaman konsumen.