Apa Perbedaan antara Tukang Las MIG dan TIG?

Sistem pengelasan Metal Inert Gas (MIG) dan sistem pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) keduanya memiliki banyak kesamaan, tetapi perbedaan mendasar merekalah yang membuatnya cocok untuk aplikasi tertentu. Tukang las MIG dan TIG keduanya menggunakan gas pelindung inert untuk elektroda, tetapi, dalam pengelasan gas inert logam, elektroda dikonsumsi secara perlahan dan, dalam pengelasan gas inert tungsten, tidak. Sistemnya juga bervariasi karena tukang las MIG dan TIG menggunakan bahan pengisi yang berbeda untuk sambungan las atau rakitan las, seperti yang disebut. Dalam kasus pengelasan TIG, lasan autogenous dapat dibuat hanya dengan menggunakan logam dari bagian-bagiannya tanpa memerlukan bahan pengisi apa pun. Peralatan tukang las MIG dan TIG dapat saling menggantikan dalam aplikasi tegangan rendah yang sama jika memungkinkan.

Pengelasan MIG dianggap sebagai tujuan yang lebih umum dari pengelasan yang umum digunakan di industri otomotif. Ini lebih cepat daripada menggunakan tukang las TIG dan dapat dengan mudah diotomatisasi. Karena ini adalah proses yang lebih mudah dan lebih memaafkan untuk dipelajari, waktu set-up berkurang dan kesalahan dapat lebih mudah diperbaiki. Kelemahan dari tukang las MIG adalah bahwa itu adalah bentuk pengelasan yang lebih berantakan dan menghasilkan lebih banyak percikan dan asap daripada penggunaan sistem TIG. Kelemahan tersembunyi dalam lasan juga lebih umum terjadi pada tukang las MIG karena asap dan partikel panas yang mengaburkan lasan saat sedang dibuat, dan ini dapat menyebabkan lasan yang terlihat bagus di permukaan, tetapi mungkin memiliki interior berongga.

Pengelasan TIG biasanya memungkinkan pengelasan dan lingkungan kerja yang jauh lebih bersih, dan sebagai hasilnya biasanya digunakan dalam industri kedirgantaraan. Lasan itu sendiri bisa lebih kuat bila logam bagian digunakan untuk membentuknya alih-alih pengisi perantara, dan tingkat kontaminasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan pengelasan MIG. Logam tipis biasanya dilas dengan mesin TIG karena peningkatan presisi ini juga. Kelemahan terbesar antara tukang las MIG dan TIG jika TIG dipilih adalah bahwa peralatan secara signifikan lebih mahal, dan proses pengelasan lebih lambat dan lebih menuntut.

Baik tukang las MIG dan TIG dikembangkan pada tahun 1940-an untuk keperluan industri yang berbeda. Tukang las TIG dibangun khusus untuk industri dirgantara dan dikenal dengan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) untuk membedakannya dengan sistem las busur gas MIG yang tidak menggunakan elektroda tungsten. Penggunaan awal untuk pengelasan MIG adalah untuk menggabungkan aluminium dan logam non-ferrous lainnya, dan itu disebut sebagai Gas Metal Arc Welding (GMAW). Perbaikan dalam desain pengelasan MIG, termasuk menggabungkan gas inert dengan biaya lebih rendah seperti karbon dioksida dan pengembangan lainnya ke tahun 1960-an, menjadikannya sistem pengelasan yang lebih serbaguna yang dapat digunakan pada baja di berbagai pengaturan industri.