Apa Perbedaan antara Satire dan Ironi?

Satire dan ironi sering kali berkaitan erat, tetapi ada perbedaan penting di antara keduanya. Suatu bentuk kritik, satire menggunakan humor untuk mencapai tujuannya. Salah satu teknik yang digunakan satire adalah ironi. Ironi berfokus pada perbedaan antara apa yang dikatakan atau dilihat dan apa yang sebenarnya dimaksudkan. Sederhananya, satire dan ironi sangat berbeda karena yang satu, satire, sering menggunakan ironi yang lain.

Baik satire maupun ironi dapat ditemukan dalam sastra, televisi, film, teater, dan bahkan dalam karya seni. Satire, bagaimanapun, adalah genre, sedangkan ironi adalah teknik. Istilah “genre” mengacu pada kategori seni tertulis atau seni rupa. Drama, komedi, dan horor semuanya bergenre beragam.

Meskipun sindiran dan ironi bisa dibilang terkait, mereka tidak eksklusif satu sama lain. Ironi tidak hanya terjadi dalam satire tetapi juga dalam seni drama dan komedi. Demikian juga, satire juga menggunakan banyak teknik retoris dan komedi lainnya, seperti ejekan, untuk mencapai tujuannya.

Satire adalah salah satu bentuk kritik komedi. Meskipun kadang-kadang menggunakan teknik yang tampaknya kasar, tujuannya bukanlah kekejaman melainkan untuk menunjukkan kesalahan dalam pemerintahan, masyarakat, individu atau kondisi manusia. Satire adalah upaya untuk menarik perhatian pada kesalahan-kesalahan tersebut, baik untuk mendorong perubahan maupun untuk memaksa kesadaran. Beberapa satir modern paling terkenal muncul di acara televisi.

Sama seperti komedi yang menggunakan lelucon untuk membuat orang tertawa atau film aksi menggunakan ledakan untuk menggetarkan penonton, satire menggunakan ironi untuk membuat kritik yang lucu. Ada beberapa jenis ironi, tetapi semuanya mendasarkan humor mereka pada ketidaktahuan yang selektif, seringkali disengaja. Menggunakan kata-kata dengan cara yang berlawanan dengan yang dimaksudkan, mungkin merupakan bentuk ironi yang paling sederhana. Misalnya, mengatakan “Ini adalah hari yang luar biasa untuk berjemur” di tengah badai akan menjadi ironis.

Dalam sastra dan teater, bagaimanapun, ironi dramatis umumnya digunakan. Ironi dramatis terjadi ketika seorang tokoh mengatakan atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan realitas situasi. Karakter umumnya tidak mengetahui fakta ini, tetapi penonton menyadarinya. Teknik ini sering terlihat dalam film dan drama atau dalam sastra.
Ironi Socrates digunakan oleh filsuf Yunani Socrates dalam ajarannya. Dalam bentuk ironi ini, guru berpura-pura tidak mengetahui topik yang diyakini siswa untuk diketahui. Guru dengan hati-hati menanyai siswa, sambil berpura-pura bahwa siswa adalah ahlinya, untuk mengungkap kekurangan atau inkonsistensi dalam logika siswa.