Apa Perbedaan antara Neoklasikisme dan Romantisisme?

Ada sejumlah perbedaan antara neoklasikisme dan romantisme, tetapi yang terbesar cenderung berpusat pada gaya, fokus tematik, dan pengaruh emosi. Waktu kapan setiap gerakan paling populer juga agak berbeda, dengan ide-ide neoklasik biasanya muncul sebelum kebangkitan romantisme. Neoklasikisme — produk abad ke-18 — diyakini secara luas dimulai sebagai penghormatan kepada masa lalu. Individu pada periode ini menghargai budaya dan karya kreatif yang dihasilkan oleh peradaban bertingkat seperti yang ada di Yunani dan Roma kuno. Romantisme, di sisi lain, muncul pada abad ke-18 sebagai respons dan alternatif terhadap klasisisme, dan akibatnya lebih fokus pada apresiasi yang eksotis dan berbeda. Kedua gaya tersebut terkadang tumpang tindih, dan tidak semua penulis dan pemikir mengikuti semua karakteristik genre tersebut; dalam banyak kasus, perbedaan antara keduanya lebih mencolok dalam teori daripada dalam praktik.

Aplikasi Filosofis

Orang biasanya berbicara tentang neoklasikisme dan romantisme yang berlaku untuk penulis dan pemikir, dan secara umum mereka dilihat sebagai gaya filsafat dan retorika. Para cendekiawan mengklasifikasikan karya dan gagasan ke dalam kategori ini pertama-tama berdasarkan waktu dan kronologinya, tetapi juga dan mungkin lebih penting lagi pada gagasan yang dikandungnya dan tema yang mereka diskusikan. Perbedaan sebenarnya antara kedua filosofi ini dapat dikatakan terletak pada perbedaan antara akal dan emosi, antara tradisi dan inovasi, dan antara individu dan masyarakat. Biasanya tidak ada resep atau serangkaian persyaratan ketat untuk masuk ke dalam salah satu kategori, dan dalam banyak kasus klasifikasi dibuat sebagian besar berdasarkan “rasa” keseluruhan karya.

Perbedaan Gaya

Subyek dan gaya sastra adalah salah satu tempat paling jelas di mana karya-karya dari periode neoklasik versus romantis berbeda. Karya-karya neoklasik biasanya mengikuti pola struktur sebelumnya. Romantisis, bagaimanapun, lebih eksperimental dalam pendekatan sastra mereka. Misalnya, mereka lebih cenderung menulis puisi dalam sajak kosong yang tidak berirama daripada struktur kuplet berirama yang khas dari banyak puisi neoklasik. Sastra romantis juga menggunakan citra mitos atau alam yang fantastis dalam banyak karya seperti puisi Samuel Taylor Coleridge “The Rime of the Ancient Mariner,” sedangkan penulis dan penyair neoklasik seperti John Dryden sering menekankan periode atau tema sejarah yang diresapi dengan pelajaran moral.

Fokus Tematik

Realisme, atau fokus pada bagaimana keadaan sebenarnya, sering kali bertentangan dengan idealisme, atau fiksasi tentang bagaimana hal itu mungkin terjadi, dan bagaimana ketegangan ini ditangkap dan disampaikan adalah perbedaan penting lainnya di antara gaya. Karakter dalam karya neoklasik biasanya moderat dan non-kontroversial, dan plot cenderung melekat kuat pada tema tradisional. Karya-karya romantis, sebaliknya, lebih sering mengidealkan manusia dengan mempromosikan kepolosan manusia dan gagasan tentang apa yang disebut “biadab yang mulia” yang tidak terhalang oleh kejahatan modern. Non-konformis dan cenderung dirayakan dalam sastra romantis juga.

Pendekatan-pendekatan ini juga menyoroti perbedaan penekanan dalam neoklasikisme dan romantisme mengenai masyarakat dan individu. Imajinasi manusia dan pandangan pribadi yang unik menjadi landasan teks tertulis dalam sastra romantis, khususnya dalam puisi Era Romantis yang dipopulerkan oleh William Wordsworth, Lord Byron, dan lainnya. Namun, imajinasi cenderung agak tidak ditekankan dalam literatur neoklasik. Penulis lebih sering menggunakan bentuk sastra yang sudah mapan — seperti esai dan sindiran oleh penulis seperti Alexander Pope — untuk menganalisis peristiwa dan orang yang sebenarnya.

Pengaruh Emosi
Area lain di mana dua gaya berbeda adalah fokus yang terakhir pada emosi dan sentimen daripada alasan. Akibatnya, pilihan kata dan bahasa sering menggunakan perangkat yang lebih metaforis dan deskriptif yang akan memunculkan berbagai gambaran dan asosiasi dari pembaca. Selanjutnya, cerita sering kali lebih banyak ditanamkan dengan drama dan karakter yang lebih manusiawi untuk membangkitkan empati penonton. Karakter dan plot neoklasik biasanya lebih konservatif di alam, dan juga cenderung lebih setia mengamati norma kesopanan dan budaya saat itu.