Apa Perbedaan antara Metafora dan Simbol?

Perbedaan antara metafora dan simbol adalah bahwa metafora adalah substitusi langsung dari satu ide atau objek untuk yang lain, sedangkan simbol digunakan untuk menyiratkan sesuatu yang lain. Metafora mengubah makna permukaannya, tetapi makna batinnya tidak berubah. Makna permukaan simbol kurang penting dibandingkan makna batiniah.
Metafora dan simbol dapat dimasukkan dalam berbagai bentuk seni dan sastra. Perbedaan di antara mereka adalah bahwa simbol tidak digunakan dalam retorika atau wacana, sedangkan metafora. Dalam retorika, metafora biasanya digunakan sebagai cerita atau sebagai anekdot yang diperluas. Mereka digunakan untuk memberikan contoh poin yang ingin disampaikan oleh pembicara atau penulis.

Metafora terus menerus dan dapat membentuk bagian dari narasi. Sebuah metafora panjang dikenal baik sebagai metafora diperpanjang atau sebagai alegori. Film, puisi, dan novel dapat menyertakan simbol, tetapi hanya metafora yang digunakan sebagai alat naratif. Terkadang seluruh film, puisi, dan novel adalah metafora seperti “Peternakan Hewan”, yang merupakan alegori tentang Revolusi Bolshevik di Rusia.

Salah satu perbedaan antara metafora dan simbol adalah bahwa simbol lebih ringkas. Simbol dapat berupa orang atau objek tunggal dan dapat disisipkan ke dalam bagian atau narasi yang lebih besar. Metafora pendek, di mana ada pengganti kata yang serupa, bukanlah metafora atau simbol. Contohnya termasuk metonymy dan kennings, di mana kata-kata diganti dengan kata lain dengan arti dasar yang sama.

Carl Jung percaya ada pemisahan antara tanda dan simbol. Ide-idenya tentang simbol berhubungan dengan ide-idenya tentang arketipe. Bagi Jung, Kristus adalah simbol untuk diri sendiri. Dalam pengertian ini, simbol bersifat spesifik secara budaya, tetapi juga sangat pribadi. Makna-makna yang terkandung di dalam simbol-simbol itu diletakkan di sana oleh manusia.

Perbedaan antara metafora dan simbol dalam seni ditunjukkan dengan membandingkan sepasang lukisan. Sandro Botticelli melukis “La Primavera” pada 1482, sementara Hans Holbein Muda melukis “The Ambassadors” pada 1533. “La Primavera” seolah-olah tentang musim semi menggunakan pemeran makhluk mitologis. “The Ambassadors,” di sisi lain, adalah tentang pertemuan antara Jean de Dinteville dan Georges de Selve.

Di permukaan, “La Primavera” menyediakan pengganti yang serupa dari tokoh-tokoh mitologi untuk musim semi. Ini juga mungkin mengingatkan kembali pada ide-ide tentang mekarnya seluruh dunia dan Taman Eden. Lainnya, seperti Marsilio Ficino, melihatnya sebagai metafora untuk cinta neoplatonik. Perbedaan antara metafora dan simbol di sini adalah bahwa keseluruhan lukisan adalah satu metafora atau alegori.
“Duta Besar” menggunakan simbol untuk memberikan informasi tambahan mengenai siapa tokoh dan cerita di balik pertemuan mereka. Itu tidak mencoba untuk menceritakan kisah kedua, tetapi untuk memberikan informasi tambahan. Misalnya, kecapi di sebelah lutut Georges de Selve adalah simbol perdamaian, tetapi kabelnya diputus untuk melambangkan perselisihan.