Kedua obat epinefrin dan atropin memengaruhi bagian sistem saraf yang mengatur perilaku otomatis seperti detak jantung, laju pernapasan, dan pencernaan, yang dikenal sebagai sistem saraf otonom. Beberapa efek obat ini bahkan tumpang tindih, seperti meningkatkan detak jantung setelah pemberian dosis. Namun, mereka memiliki banyak perbedaan penting yang dapat menentukan penggunaan yang tepat dalam pengaturan medis.
Epinefrin dan atropin keduanya mengerahkan fungsi dalam sistem saraf otonom, tetapi mereka melakukannya melalui himpunan bagian yang berbeda dari sistem ini. Dalam satu bagian yang disebut sistem saraf simpatik, epinefrin mengaktifkan sel-sel yang dikenal sebagai neuron di dalam sistem, membantu memicu apa yang disebut reaksi “lawan atau lari”. Sistem saraf parasimpatis bekerja untuk tujuan yang berlawanan, seperti menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Atropin bekerja untuk memblokir tindakan normal neuron di cabang parasimpatis, artinya juga dapat meningkatkan denyut jantung, meskipun melalui jalur yang berbeda dari yang digunakan oleh epinefrin.
Efek yang berbeda pada tubuh menyebabkan penggunaan klinis yang unik untuk epinefrin dan atropin. Reaksi alergi yang menyebabkan kesulitan bernapas dan masalah besar lainnya dapat diatasi dengan suntikan epinefrin. Obat ini juga dapat digunakan untuk membalikkan serangan jantung. Atropin tidak dapat memulai kembali jantung, tetapi digunakan untuk membalikkan detak jantung yang rendah, yang dikenal sebagai bradikardia. Prosedur tertentu yang melibatkan mata juga menggunakan obat tetes mata atropin, karena dapat menyebabkan pupil melebar.
Semua obat berpotensi menyebabkan beberapa efek samping, dan efek ini merupakan perbedaan lain antara epinefrin dan atropin. Banyak kemungkinan efek samping epinefrin terkait dengan stimulasi berlebihan, seperti gugup, insomnia, takikardia, atau peningkatan denyut jantung, dan tremor. Beberapa dari efek ini mirip dengan yang disebabkan oleh atropin, tetapi atropin memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan keringat, kemerahan pada kulit, dan efek samping mental. Efek samping mental ini dapat mencakup kebingungan, halusinasi, dan bahkan delusi, di mana seseorang akan merespons rangsangan yang sebenarnya tidak ada, lupa bahwa itu disebabkan oleh obat.
Interaksi obat adalah cara lain bahwa epinefrin dan atropin berbeda secara substansial. Obat jantung dan obat-obatan yang mempengaruhi tekanan darah, seperti beta blocker, berpotensi berakibat fatal bila dikonsumsi dengan epinefrin. Dengan atropin, ada lebih sedikit efek samping yang dapat menyebabkan kematian, tetapi banyak senyawa, termasuk antihistamin seperti difenhidramin, obat pernapasan, dan diuretik, yang menyebabkan buang air kecil, dapat membuat efek samping atropin jauh lebih ekstrem.