Apa Perbedaan Antara Dermatomiositis dan Polimiositis?

Dermatomiositis dan polymyositis adalah kondisi terkait erat yang melibatkan peradangan jaringan ikat dalam tubuh. Pada polimiositis, otot terlibat, dan pada dermatomiositis, baik otot maupun kulit menjadi meradang. Pasien yang didiagnosis dengan dermatomiositis dan polimiositis memiliki sejumlah pilihan pengobatan yang tersedia untuk mengelola kondisi tersebut, tetapi penyakit kronis akan bertahan seumur hidup, dalam berbagai tingkat keparahan. Pasien mungkin perlu melakukan beberapa modifikasi gaya hidup dan penyesuaian agar tetap sesehat mungkin saat mengelola penyakit.

Kondisi ini berasal dari autoimun, dengan tubuh mengidentifikasi protein normal di dalam jaringan ikat sebagai benda asing dan menyerangnya. Hal ini menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan secara bertahap dari waktu ke waktu. Gejala dermatomiositis dan polimiositis termasuk kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kelelahan, semuanya terkait dengan kerusakan otot. Pada pasien dengan dermatomiositis, ruam juga muncul, menunjukkan keterlibatan kulit. Ruam pada buku-buku jari adalah tanda klinis yang sangat umum.

Pengujian dapat digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan dan mengumpulkan informasi tentang tingkat kebugaran umum pasien untuk tujuan mengembangkan rencana perawatan yang tepat. Seiring waktu, dermatomiositis dan polimiositis dapat menyebabkan gangguan yang melumpuhkan karena otot-otot tumbuh semakin lemah. Semakin dini kondisi tersebut diidentifikasi, semakin baik prognosis pasien, karena pasien dapat memulai pengobatan sebelum kerusakan permanen terjadi.

Istirahat untuk memungkinkan otot pulih adalah salah satu aspek perawatan. Selain itu, pasien dapat diberi resep obat imunosupresif untuk membatasi kerusakan yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh. Mungkin perlu untuk tetap menggunakan obat ini seumur hidup, mengharuskan pasien untuk berhati-hati terhadap cedera dan infeksi, karena tubuh mereka akan kurang mampu melawan organisme menular yang umum, dan cedera akan cenderung sembuh lebih lambat. Setelah pasien stabil, mereka dapat mengambil manfaat dari terapi fisik yang lembut dan istirahat berkala jika mereka mengalami flare-up.

Tampaknya ada beberapa komponen genetik pada dermatomiositis dan polimiositis, dan kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Orang dengan riwayat keluarga dari kedua kondisi tersebut harus memperhatikan dengan cermat tanda-tanda peringatan dini gejala, dan mungkin ingin berkonsultasi dengan ahli reumatologi atau imunologi untuk mendiskusikan riwayat keluarga mereka dan pilihan pengobatan potensial. Kondisi ini pada akhirnya dapat membuat orang memenuhi syarat untuk mendapatkan tunjangan disabilitas, karena pada akhirnya mereka mungkin tidak dapat bekerja akibat kelelahan dan kelemahan otot.