Lesi otak, perubahan pada jaringan otak, dapat dikaitkan dengan sejumlah penyebab yang berbeda, termasuk trauma fisik, malformasi kongenital di otak, infeksi, dan penyakit neurologis progresif. Jaringan abnormal di otak merupakan penyebab perhatian medis dan dapat diidentifikasi pada studi pencitraan otak seperti pencitraan resonansi magnetik. Pasien dengan dugaan lesi otak dievaluasi oleh ahli saraf, dokter yang mengkhususkan diri dalam merawat otak, sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer. Pilihan untuk pengelolaan lesi dapat mencakup pengobatan dan pembedahan.
Salah satu penyebab lesi pada otak adalah masalah bawaan pada otak, seperti kelainan bawaan pada otak atau masalah yang berkembang selama perkembangan janin. Malformasi di dalam otak dapat mengambil berbagai bentuk, seperti malformasi Chiari di otak kecil dan malformasi arteriovenosa dalam suplai darah ke otak. Lesi ini dapat didiagnosis segera setelah lahir ketika bayi tampak mengalami defisit neurologis, atau dapat ditemukan beberapa tahun kemudian.
Tumor adalah penyebab lain dari lesi otak. Tumor otak muncul dari jaringan di seluruh otak dan dapat dikaitkan dengan paparan polutan, mutasi acak, dan penyebab lainnya. Saat tumor tumbuh dan menyebar, mereka dapat menekan sel-sel otak yang sehat dan berpotensi menyebabkan kematian sel. Hidrosefalus, di mana cairan menumpuk di dalam tengkorak, juga dapat menyebabkan lesi pada otak dengan membunuh sel-sel otak yang sehat dengan tekanan.
Orang dengan cedera kepala traumatis, serta orang yang telah menjalani operasi otak, dapat memiliki lesi yang disebabkan oleh trauma fisik pada otak. Luka tembus di kepala, pembedahan atau lainnya, juga memiliki risiko masuknya bakteri dan virus. Infeksi dapat menyebabkan lesi, termasuk abses, di mana nanah dan cairan lain menumpuk di kantong di dalam otak. Penyakit seperti multiple sclerosis, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson juga menyebabkan lesi otak dengan merusak sel-sel di otak.
Lesi otak dapat menyebabkan berbagai gejala, tergantung pada lokasi lesi. Orang bisa mulai mengalami defisit kognitif seperti bicara cadel, kehilangan ingatan, kesulitan menalar, dan sebagainya. Mereka juga dapat mengalami tremor, gaya berjalan yang tidak stabil, dan masalah fisik lainnya yang disebabkan oleh koordinasi dan pensinyalan yang buruk antara otak dan sistem saraf tepi. Evaluasi dapat dilakukan untuk menentukan sejauh mana defisit pasien dan alat diagnostik seperti pemindaian otak akan memberikan lebih banyak informasi.
Obat-obatan terkadang dapat mengobati lesi otak dengan mengatasi penyebabnya atau menghentikan perkembangannya. Pembedahan untuk mengeluarkan lesi dapat menjadi pilihan pengobatan lain. Dalam beberapa kasus, mungkin tidak ada pilihan pengobatan selain perawatan suportif untuk menjaga pasien tetap nyaman.