Ada berbagai penyebab kebocoran cairan serebrospinal (CSF). Mereka termasuk cedera pada kepala atau tulang belakang, keran tulang belakang dan operasi. Dalam beberapa kasus, kebocoran cairan serebrospinal bisa menjadi kejadian spontan yang mungkin tidak diketahui penyebabnya. Dalam kasus lain, kebocoran cairan serebrospinal spontan dapat terjadi sebagai akibat dari tekanan intrakranial, atau penonjolan tulang tengkorak karena cacat perkembangan. Seringkali, tidak ada cara untuk mencegah kebocoran cairan serebrospinal, kecuali memakai helm untuk melindungi kepala dari trauma.
Cairan serebrospinal sendiri adalah cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang yang berfungsi sebagai bantalan otak. Kebocoran cairan menyebabkan tekanan otak dan sumsum tulang belakang turun, selain membuat seseorang sakit kepala dan meningkatkan kemungkinan infeksi. Meskipun kebocoran cairan serebrospinal biasanya hilang dengan sendirinya, dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi kondisi medis yang serius karena infeksi dapat menyebabkan meningitis, yang merupakan situasi yang mengancam jiwa.
Gejala utama kebocoran cairan serebrospinal adalah sakit kepala yang terasa lebih buruk saat duduk atau berdiri, tetapi membaik saat berbaring. Mual, kepekaan terhadap cahaya dan leher kaku adalah beberapa tanda yang terkait dengan sakit kepala ini. Gejala tambahan adalah kebocoran cairan dari telinga, hidung dan luka operasi, meskipun kebocoran ini jarang terjadi. Gejala infeksi termasuk menggigil dan demam. Jika gejala ini mengikuti ketukan tulang belakang atau operasi, pasien harus segera mencari perhatian medis.
Riwayat medis dan berbagai tes dapat membantu dokter mendiagnosis kebocoran cairan serebrospinal. Dokter akan mencatat jika pasien baru saja mengalami trauma kepala atau sumsum tulang belakang, menjalani operasi otak, kepala atau sumsum tulang belakang, atau baru saja menjalani prosedur spinal tap. Tes yang dapat membantu dalam diagnosis dan lokasi kebocoran termasuk computed tomography (CT) scan, magnetic resonance imaging (MRI) scan dan tes radioisotop.
Perawatan kebocoran cairan serebrospinal tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisinya. Biasanya, kebocoran akan sembuh dengan sendirinya antara beberapa hari hingga enam bulan. Dokter biasanya akan merekomendasikan pasien untuk beristirahat dan meredakan sakit kepala dengan obat pereda nyeri. Dalam beberapa kasus, dokter perlu memblokir kebocoran dengan tambalan darah epidural di mana gumpalan darah menutup lubang. Kasus kebocoran cairan serebrospinal yang serius akan memerlukan pembedahan, seperti pendekatan endoskopik endonasal (EEA), untuk memperbaiki masalahnya.