Apa Metode Penyusutan GAAP yang Berbeda?

Di bawah prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), ada empat cara akuntansi untuk penyusutan aset, dan masing-masing mempertimbangkan faktor yang berbeda. Metode penyusutan GAAP garis lurus (SL) sebagian besar mempertimbangkan umur aset dan biayanya. Dengan metode penyusutan unit produksi (UOP) GAAP, jumlah produksi dan biaya menjadi faktor utama. Saldo menurun (DB) sebagian besar digunakan dengan peralatan dan aset yang pasti akan menurun nilainya selama bertahun-tahun. Dalam metode sum-of-the-year digits (SYD), tahun aset yang berguna adalah faktor penentu.

Salah satu metode penyusutan GAAP yang lebih umum adalah metode SL. Akuntan harus mengetahui dasar penyusutan aset, yaitu biaya dikurangi nilainya. Nilai ini kemudian dibagi dengan jumlah tahun perkiraan aset tersebut untuk hidup. Tidak seperti kebanyakan metode lainnya, di mana penyusutan akan berbeda setiap tahun, metode SL memiliki penyusutan yang sama. Aset yang memiliki dasar yang dapat disusutkan dengan mudah ditemukan, tetapi tidak memiliki umur yang pasti, bekerja paling baik dengan metode ini.

Meskipun ada banyak faktor yang dipertimbangkan dengan metode penyusutan UOP GAAP, metode ini mudah digunakan setelah faktor-faktornya diketahui. Ketika sesuatu diproduksi atau digunakan, ada banyak faktor yang menyebabkan aset terdepresiasi. Misalnya, jika suatu produk dibuat, maka biaya lain harus dipertimbangkan, termasuk jumlah yang dibuat, biaya ekspor atau pengiriman, beban peralatan dan jam sumber daya manusia yang diperlukan untuk membuat produk. Semua faktor ini ditambahkan, dan ini mengarah ke angka depresiasi.

Metode penyusutan GAAP yang mirip dengan SL adalah metode DB. Untuk mengetahui DB, akuntan terlebih dahulu perlu melakukan metode SL. Kemudian, nilainya dikalikan 150, 200 atau 250 persen, tergantung taksiran penyusutan. Persentase penyusutan kemudian dikalikan dengan nilai awal aset untuk mengetahui penyusutannya.

Dalam metode depresiasi SYD GAAP, penting untuk mengetahui secara pasti berapa lama aset tersebut akan berguna. Setelah ini diketahui, tahun ditambahkan. Misalnya, jika aset akan berguna selama tiga tahun, maka akuntan akan menambahkan 1, 2 dan 3 untuk mendapatkan 6. Angka-angka ini kemudian diubah menjadi pecahan yang diurutkan menurun, yang dikalikan dengan nilai aset. Artinya, untuk tahun pertama harta dikalikan 3/6, kemudian tahun berikutnya 2/6 dan tahun ketiga dikalikan 1/6.