Apa Metode Berbeda untuk Penyapihan Ventilator?

Bagi siapa pun yang menggunakan ventilator, proses penyapihan bisa menjadi peristiwa yang membahagiakan, membuat stres, dan terkadang menakutkan. Setiap orang bereaksi berbeda terhadap prospek penyapihan ventilator; mulai dari pasien jangka pendek yang tidak sabar untuk bangun dan bergerak lagi, hingga pasien jangka panjang yang ragu-ragu untuk mencoba bernapas sendiri lagi tanpa intervensi.

Sebelum mencoba metode penyapihan ventilator, penting untuk memastikan bahwa pasien sudah siap. Ini termasuk menyembuhkan atau menstabilkan penyakit yang menyebabkan ventilasi pada awalnya; serta mempersiapkan pasien secara emosional untuk langkah penting ini. Dalam beberapa kasus, konseling diimplementasikan sebagai alat koping. Beberapa pasien mungkin juga memerlukan terapi fisik atau wicara untuk mempelajari latihan yang digunakan untuk memperkuat otot leher dan dada yang digunakan untuk bernapas.

Setelah semua dasar diletakkan, pasien mungkin siap untuk memulai penyapihan ventilasi. Langkah pertama biasanya mencakup tes pernapasan spontan untuk memungkinkan pasien berlatih pernapasan lagi, serta untuk mengukur kekuatan paru-paru. Ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut tabung-T, dimasukkan ke dalam ventilator untuk memungkinkan pasien mengambil napas sendiri. Namun, perangkat ini memiliki kekurangan. Banyak pasien akan menerima pembacaan yang tidak akurat karena tabung-T jauh lebih sulit untuk bernapas daripada bernapas sendiri.

Dengan asumsi uji tabung-T berjalan sesuai rencana, pasien akan diizinkan untuk menggunakan salah satu dari dua alat penyapihan ventilator. Yang pertama disebut ventilasi wajib intermiten tersinkronisasi. Metode ini dilakukan dengan menempatkan katup kecil langsung ke dalam ventilator. Katup memungkinkan pasien untuk mengambil napas independen sambil tetap memberikan napas wajib sebagai cadangan. Namun, taktik ini bisa menjadi kontraproduktif, karena terkadang memberikan napas wajib langsung setelah pasien mengambil napas sendiri. Hal ini dapat menyebabkan terlalu banyak tekanan saluran napas dan menyebabkan komplikasi.

Metode lain yang digunakan untuk penyapihan ventilator disebut ventilasi yang didukung tekanan. Ini mirip dengan ventilasi wajib intermiten yang disinkronkan, tetapi memungkinkan pasien untuk mengontrol tingkat di mana napas independen dan wajib diambil dan diberikan. Ini mencegah masalah yang terkait dengan metode yang disinkronkan dan lebih disukai oleh banyak dokter.

Sementara banyak dokter memilih untuk menyapih pasien dari ventilator, ada juga yang lebih suka membiarkan pasien mencoba bernapas dengan “kalkun dingin” miliknya sendiri. Tes pernapasan spontan umumnya masih akan dilakukan sebelumnya, diikuti dengan pelepasan tabung ventilator sepenuhnya. Metode ini sering efektif untuk pasien yang sembuh total dari penyakit, pasien muda, dan pasien jangka pendek. Biasanya tidak dianjurkan bila pasien telah diventilasi untuk waktu yang lama atau pada pasien lanjut usia. Dalam beberapa kasus, ventilator harus dipasang kembali; sebuah proses yang dapat membebani kesehatan pasien yang lemah.
Bagaimanapun, penyapihan ventilator harus dilakukan dengan hati-hati. Jauh lebih berbahaya membiarkan pasien yang gugup atau lemah tetap menggunakan ventilator daripada terburu-buru menyapih sebelum waktunya. Memastikan bahwa setiap pasien stabil secara emosional, diperkuat, dan diberi makan dengan makanan padat akan sangat meningkatkan peluang keberhasilan.