Politisi gay di Amerika Serikat menghadapi semua tantangan lawan heteroseksual mereka, tetapi juga dapat mengalami kesulitan khusus karena tanggapan publik terhadap homoseksualitas mereka. Beberapa tantangan ini mungkin termasuk diskriminasi oleh pemilih dan kolega berdasarkan orientasi politisi dan peningkatan minat media dalam hubungan pribadi daripada sikap politik. Dalam beberapa kasus, politisi gay secara terbuka dan keluarga mereka bahkan dapat menjadi sasaran ancaman pribadi oleh para pencela. Akhirnya, politisi gay mungkin harus berjuang melawan citra stereotip dari platform politik mereka agar keyakinan politik mereka benar-benar menjadi sorotan.
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi politisi gay adalah diskriminasi berdasarkan orientasi seksual. Beberapa orang menganggap homoseksualitas sebagai praktik yang menjijikkan dan jahat secara moral, yang dengan sendirinya mendiskualifikasi seseorang untuk jabatan publik. Selain itu, beberapa retorika anti-gay mendorong keyakinan bahwa orang gay atau lesbian yang berkuasa akan menggunakan pengaruh mereka untuk mencoba dan mengubah orang lain menjadi homoseksualitas, serta mendorong agenda politik semata-mata atau terutama berdasarkan orientasi seksual mereka.
Terkadang, keyakinan diskriminatif dapat melampaui bilik suara dan menimbulkan bahaya nyata bagi pejabat politik dan keluarganya. Politisi gay secara terbuka dapat menjadi sasaran serangan fisik atau bahkan pembunuhan, seperti dalam kasus anggota dewan kota San Francisco, Harvey Milk. Tokoh politik gay atau lesbian juga dapat menerima surat kebencian, surat ancaman atau panggilan telepon, dan dihukum atau dihina di depan umum karena orientasi seksual mereka.
Bahkan di kantor, seorang politisi gay mungkin menghadapi tantangan khusus yang tidak dialami oleh rekan-rekan heteroseksualnya. Beberapa politisi AS, terutama yang bersekutu dengan gerakan keagamaan konservatif, mencela rekan gay atau lesbian sebagai tidak bermoral, atau bahkan kriminal. Politisi ini mungkin cenderung tidak bekerja dengan rekan gay, atau mendukung proposal atau rencana apa pun yang diajukan oleh politisi gay secara terbuka. Penolakan untuk bekerja sama ini dapat memperlambat kemajuan pemerintah, mempersulit politisi gay untuk mempengaruhi perubahan atau mencapai tujuan politik.
Tantangan lain yang terkadang dihadapi oleh politisi gay adalah meningkatnya perhatian media karena orientasi seksual. Sementara semua tokoh masyarakat tunduk pada pengawasan media, politisi gay mungkin terus-menerus ditanyai tentang seksualitas mereka, hubungan dengan pasangan atau anak-anak, dan pendiriannya tentang isu-isu politik gay. Fokus pada seksualitas ini dapat mengurangi platform masalah yang sebenarnya dari seorang politisi, dan dapat mengarah pada citra stereotip seorang politisi gay sebagai seorang Demokrat liberal. Sebenarnya, politisi gay memiliki afiliasi politik yang sangat beragam, mulai dari Demokrat liberal hingga Republikan konservatif.