Apa Masalah Bukti Paling Umum?

Bukti dianggap sebagai tulang punggung banyak sistem hukum modern. Hakim dan juri menggunakan jumlah dan kualitas alat bukti untuk menentukan hasil suatu perkara hukum, baik pidana maupun perdata. Karena kepentingannya yang luar biasa, ada perlindungan yang kuat untuk memastikan bahwa bukti yang diajukan dalam kasus hukum adalah benar. Ada banyak masalah bukti umum yang menyebabkan bukti penting, dan bahkan vital, dari yang pernah didengar oleh badan pembuat keputusan.

Faktor utama lain yang dapat menyebabkan masalah bukti adalah relevansi. Umumnya, sebagian besar pengadilan mensyaratkan bahwa bukti harus memiliki relevansi khusus yang akan membantu menentukan hasil kasus. Jika seorang tersangka pembunuhan memiliki riwayat kekerasan terhadap perempuan, misalnya, kesaksian dan bukti mengenai sejarah itu mungkin relevan. Jika tersangka pembunuhan ditangkap karena mencuri maskot sekolah 20 tahun sebelumnya, itu sangat tidak relevan dan mungkin tidak dapat diterima.

Desas-desus bisa menjadi penyebab lain dari masalah bukti. Hukum dasar desas-desus menyatakan bahwa pernyataan yang dibuat oleh seseorang tentang suatu kasus hanya dapat diterima jika orang tersebut bersedia untuk melakukan pemeriksaan silang. Namun undang-undang desas-desus tunduk pada berbagai celah dan terkadang kebijaksanaan hakim, yang menyebabkan kebingungan besar tentang apa yang bisa dan bukan desas-desus. Misalnya, jika sebuah pernyataan menjelaskan mengapa suatu tindakan terjadi daripada membuktikan bahwa itu terjadi, biasanya tidak dianggap desas-desus dan mungkin dapat diterima. Catatan umum, seperti akta nikah atau akta kelahiran, juga dapat diterima meskipun petugas yang mengisi catatan itu mungkin bukan saksi.

Masalah bukti juga dapat berasal dari kegagalan untuk mengotentikasi potongan bukti dengan benar. Dapat dimengerti, sebagian besar pengadilan memiliki peraturan untuk memastikan bahwa bukti benar-benar sesuai dengan klaimnya. Misalnya, jika penuntut memperkenalkan surat ancaman dan mengatakan bahwa itu ditulis oleh terdakwa kepada korban, seorang ahli tulisan tangan atau saksi biasanya harus memverifikasi bahwa tulisan tangan itu memang milik terdakwa. Meskipun ini terdengar mendasar, undang-undang otentikasi sangat kompleks, dan satu kesalahan sederhana dari tim hukum dapat mengakibatkan sejumlah besar bukti didiskualifikasi karena gagal memenuhi standar otentikasi.

Undang-undang tentang bukti yang dapat diterima memang menyebabkan beberapa masalah bukti, tetapi umumnya diperlukan untuk memastikan pengadilan yang adil dan legal. Sayangnya, selalu ada kemungkinan untuk mengeksploitasi undang-undang ini, membiarkan bukti penting dan jitu menjadi tidak terlihat dan tidak terdengar karena masalah teknis. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan juri dan hakim mengambil kesimpulan yang salah tentang kasus tersebut, yang mengakibatkan kegagalan keadilan yang parah. Namun agar pengadilan memiliki kemungkinan untuk mencapai keadilan sejati, para ahli berpendapat bahwa objektivitas di ruang sidang harus diperjuangkan dan hukum yang mengatur bukti ditegakkan dengan ketat.