Terapi khelasi adalah pengobatan yang sah dan efektif untuk keracunan logam berat, terutama keracunan timbal, merkuri dan arsenik. Asam etilendiamintetraasetat, atau EDTA, adalah kelat yang digunakan untuk mengobati keracunan timbal. Kontroversi seputar terapi khelasi EDTA berasal dari klaim bahwa itu juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi atau penyakit tertentu lainnya meskipun fakta bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa klaim tersebut tidak berdasar dan belum menyetujuinya.
Dalam terapi khelasi, agen khelasi yang mengikat logam berat dalam aliran darah diberikan kepada pasien. Ketika ikatan terjadi, logam berat menjadi larut dalam air, sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh. Penggunaan pengobatan khelasi logam berat dimulai selama Perang Dunia I, ketika digunakan untuk membersihkan gas berbasis arsenik dari sistem. Penggunaan saat ini termasuk pengobatan untuk plutonium, uranium dan keracunan besi juga.
Asam amino sintetis, EDTA diperkenalkan setelah Perang Dunia II untuk mengobati keracunan timbal pada mereka yang mengecat ulang lambung kapal. Agen chelating ini tetap umum digunakan untuk mengobati keracunan timbal, meskipun agen chelating lain juga dianjurkan untuk mengobati keracunan logam berat jenis ini, termasuk asam dimercaptosuccinic (DMSA) dan asam alfa lipoat (ALA), yang semuanya menyebabkan lebih sedikit efek samping daripada agen yang dikembangkan sebelumnya. Namun, baru-baru ini ada kontroversi seputar terapi khelasi EDTA untuk penggunaan selain yang dikembangkan.
Kontroversi seputar terapi khelasi EDTA terutama berasal dari klaim bahwa itu dapat digunakan untuk mengobati aterosklerosis atau pengerasan arteri, pendahulu penyakit jantung. Pendukung jenis terapi khelasi ini mengklaim bahwa EDTA dapat mengikat unsur-unsur dalam plak yang menyebabkan arteri mengeras dan membawanya dari tubuh dengan cara yang sama seperti membawa logam berat dari aliran darah. Kontroversi seputar terapi khelasi EDTA diperkuat oleh fakta bahwa Food and Drug Administration AS menyatakan bahwa tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa terapi khelasi EDTA bekerja dalam pengobatan aterosklerosis, sehingga FDA belum mengeluarkan persetujuan untuk pengobatan tersebut.
Elemen lain dari kontroversi seputar terapi khelasi EDTA adalah penggunaannya untuk mengobati keracunan merkuri. Mereka yang menggunakan terapi ini mengklaim bahwa merkuri dari amalgam gigi, yang digunakan untuk tambalan perak, diserap ke dalam sistem, menyebabkan penumpukan unsur dalam jangka panjang. Mereka juga menyebutkan penggunaan merkuri sebagai pengawet dalam berbagai jenis vaksinasi anak. Kehadiran merkuri dalam sistem kemudian disalahkan untuk berbagai masalah, termasuk autisme. Terlepas dari bukti lanjutan dari FDA dan organisasi lain bahwa klaim ini tidak benar, kontroversi seputar terapi khelasi EDTA terus berlanjut.