White Night Riots adalah dua kerusuhan yang terjadi di kota San Francisco pada tanggal 21 Mei 1979, setelah putusan pengadilan yang kontroversial diumumkan. Selama kerusuhan, distrik Civic Center dan Castro mengalami kerusakan besar, dan banyak penangkapan dilakukan. Pada akhirnya, Kerusuhan Malam Putih bahkan mengakibatkan beberapa tuntutan perdata terhadap Departemen Kepolisian San Francisco dari orang-orang yang mengklaim bahwa mereka dilecehkan selama kerusuhan; pengunjung bar Elephant Walk secara khusus menyebutkan penyalahgunaan kekuasaan yang meluas oleh petugas polisi.
Peristiwa menjelang White Night Riots dimulai pada 27 November 1978, ketika seorang mantan supervisor bernama Dan White masuk ke Balai Kota dan menembak Supervisor Harvey Milk dan Walikota George Moscone dengan darah dingin. Dalam persidangan White berikutnya, pembela mengajukan Twinkie Defense yang sekarang terkenal; mereka mengklaim bahwa White tidak waras, menggunakan konsumsi junk food dalam jumlah berlebihan pada bulan-bulan sebelum pembunuhan sebagai bukti gangguan mental.
Kota San Francisco menunggu dengan penuh minat untuk vonis dalam kasus tersebut. Harvey Milk adalah salah satu pejabat gay pertama di Amerika Serikat, dan dia adalah warga negara tercinta dari sebuah kota yang telah lama terkenal dengan sikap terbukanya terhadap komunitas gay. Ketika vonis kembali sebagai pembunuhan, bukan pembunuhan, dengan hukuman hanya tujuh tahun, kota meletus.
Para pengunjuk rasa yang marah berkumpul di Market dan Castro Streets, jantung The Castro, distrik gay San Francisco. Pawai spontan ke Balai Kota dimulai, dan meskipun ada upaya untuk menenangkan kerumunan, orang-orang mulai menjadi liar di distrik Civic Center. Mobil dibakar, jendela pecah, kebakaran terjadi di dalam Balai Kota, dan polisi mulai merespons, mencoba membubarkan kerumunan. Beberapa polisi terluka dalam Kerusuhan Malam Putih pertama, yang memicu peningkatan kekerasan dalam kerusuhan kedua.
Kerusuhan Malam Putih kedua terjadi di The Castro, di mana orang-orang berkumpul kembali setelah dibubarkan dari Balai Kota. Masih gelisah dan marah, kerumunan terus bertindak, dan polisi mengarungi keributan. Beberapa polisi yang tidak bertugas dan tidak berseragam tiba untuk memberikan dukungan, sehingga sulit untuk membedakan antara perusuh dan polisi, dan petugas polisi yang marah melakukan beberapa pukulan sebagai pembalasan atas rekan-rekan mereka yang terluka akibat kerusuhan Balai Kota. Beberapa saksi mengklaim bahwa polisi datang dengan tujuan balas dendam, bukan pengendalian massa sederhana, meskipun Departemen Kepolisian San Francisco tetap diam tentang masalah ini.
Setelah White Night Riots, investigasi dewan juri diadakan untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab, dan beberapa penyelesaian substansial untuk cedera pribadi dan kerusakan properti dibuat. Harvey Milk tetap menjadi ikon di komunitas gay San Francisco, serta sosok inspirasional bagi politisi gay di banyak penjuru dunia lainnya.