Apa Kegunaan Medis dari Mimosa Pudica?

Daun mimosa pudica menutup dengan cepat setelah disentuh. Ini membuatnya mendapatkan banyak julukan termasuk tanaman yang memalukan, tanaman yang tidak bisa disentuh, dan tanaman yang sensitif. Nama-nama itu agak ironis mengingat banyak penggunaan medis tradisional tanaman itu untuk kondisi yang mungkin dianggap memalukan bagi orang. Obat herbal wasir, lepra, diare, dan cacingan sering memanfaatkan ramuan tersebut. Ini juga digunakan untuk mengobati banyak kondisi yang tidak terlalu memalukan termasuk radang sendi, demam, dan nyeri otot.

Memiliki parasit usus mungkin dianggap memalukan, tetapi kondisinya bisa menjadi sangat serius. Selama berabad-abad, mimosa pudica sangat penting dalam menghilangkan cacing parasit tertentu dari tubuh manusia. Hari ini, ramuan tersebut masih digunakan oleh mereka yang ingin menghindari diare parah yang telah dilaporkan dengan obat resep yang lebih keras.

Dahulu, tapal herbal diandalkan untuk mengatasi masalah di daerah dubur dan vagina. Seringkali, pasta yang terbuat dari akar dan daun tanaman mimosa pudica dioleskan ke wasir untuk menghentikan pendarahan dan mengurangi pembengkakan. Infeksi vagina yang dengan mudah dapat menyebabkan kemandulan dan kemungkinan kematian juga diobati dengan ramuan tersebut. Persiapan ini masih tersedia untuk kondisi ini, tetapi mereka terutama digunakan sebagai tambahan untuk pengobatan umum.

Meskipun beberapa penggunaan klasik mimosa pudica tidak lagi disukai, ramuan ini masih memiliki banyak kegunaan sebagai pengobatan alternatif. Umumnya dianggap memiliki sifat anti-inflamasi, ramuan ini merupakan pilihan yang sangat baik untuk digunakan dalam pengobatan komplementer dari edema dan arthritis. Ini juga dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat cedera dan kram otot dan, dengan demikian, secara teratur direkomendasikan untuk sindrom kaki gelisah. Ada banyak orang yang bahkan bersumpah bahwa ramuan itu berguna sebagai afrodisiak.

Pengobatan arus utama mulai memperhatikan mimosa pudica juga. Satu studi, yang dilakukan pada tahun 2008 dan dilaporkan oleh American Association of Pharmaceutical Scientists, menetapkan bahwa benih herbal akan cocok untuk bahan pengikat untuk obat resep. Studi lain, yang dilakukan pada tahun 2010 oleh College of Pharmacy di Tamil Nadu, India, menyimpulkan bahwa daun tanaman mengandung bahan kimia hipolipidemik yang berfungsi juga pada hewan laboratorium sebagai obat yang saat ini beredar di pasaran.

Penting untuk dicatat bahwa suplemen herbal tidak memiliki standar pengujian yang sama dengan obat resep di sebagian besar negara. Akibatnya, ada jauh lebih sedikit studi yang tidak bias tentang keefektifannya. Insiden interaksi obat dan efek samping juga sering tidak dilaporkan. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai rejimen herbal apa pun.