Apa itu Volatilitas Harga?

Volatilitas harga mengacu pada kecenderungan aset untuk naik dan turun harga selama periode waktu tertentu. Volatilitas tergantung pada kisaran antara harga tinggi dan rendah suatu aset, dan pada jumlah perubahan harga yang dialaminya. Semakin banyak volatilitas harga yang dimiliki suatu aset, semakin berisiko aset tersebut sebagai investasi potensial. Di sisi lain, beberapa investor lebih suka mencari aset dengan volatilitas yang signifikan, karena aset ini mewakili peluang terbaik untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat.

Banyak orang menganggap pasar saham memiliki volatilitas, dan istilah ini memang sering digunakan dalam konteks itu. Namun, pada kenyataannya, orang menghadapi volatilitas setiap hari. Misalnya, harga gas naik dan turun tergantung pada biaya minyak, dan harga pangan dapat berayun secara signifikan jika produksi bahan penting terganggu. Ada banyak lagi contoh volatilitas harga, yang mengukur seberapa besar perubahan harga aset, yang memengaruhi iklim keuangan secara keseluruhan.

Penting untuk dicatat bahwa volatilitas harga suatu aset diukur secara independen dari tingkat harganya. Misalnya, bayangkan Saham A diperdagangkan pada $10 Dolar AS (USD) per saham, dan tetap pada level tersebut selama tujuh hari berturut-turut. Sementara itu, dalam periode waktu yang sama, Saham B mulai dari $20 USD per saham, naik menjadi $40 USD per saham, turun menjadi $10 USD per saham, dan kemudian kembali menjadi $20 USD per saham. Meskipun Saham A adalah saham yang lebih murah, ia memiliki volatilitas yang jauh lebih sedikit dan lebih stabil daripada Saham B yang lebih mahal.

Jumlah volatilitas harga yang bersedia ditanggung oleh investor mungkin bergantung pada tujuan yang dia miliki untuk modalnya. Secara umum, volatilitas ekstrim adalah hal yang buruk bagi investor, karena tidak mungkin untuk memprediksi berapa harga suatu aset dari satu hari ke hari berikutnya. Ini berarti bahwa setiap modal yang diinvestasikan pada aset yang sangat fluktuatif memiliki risiko besar.

Namun ada kalanya investor lebih memilih saham atau aset lain dengan volatilitas harga yang tinggi daripada yang lebih stabil. Misalnya, pedagang harian, yang berspesialisasi dalam melakukan banyak perdagangan dalam waktu singkat, sering kali merangkul saham yang bergejolak, mencoba membelinya di titik rendah dan menjualnya di titik tinggi untuk mendapat untung. Pemegang opsi atau kontrak berjangka juga mungkin lebih menyukai saham yang bergejolak, karena premi kontrak sudah dibayarkan dan volatilitas aset yang mendasari kontrak mungkin benar-benar membantu membuatnya menguntungkan.